Bisnis.com, JAKARTA -- Melonjaknya harga daging babi hingga 101,3 persen mengerek kenaikan inflasi China sebesar 3,8 persen secara tahunan pada Oktober 2019.
Realisasi indeks harga konsumen itu sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Januari 2012. Dilansir dari Bloomberg, Sabtu (9/11/2019), tingkat inflasi Oktober 2019 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, yang sebesar 3 persen.
"Meningkat inflasi Consumer Price Index (CPI) terkait dengan pasokan [sebagian besar harga daging babi] dan memburuknya deflasi Producer Price Index (PPI) berhubungan dengan permintaan," papar Kepala Ekonomi China di Macquarie Securities Ltd. di Hong Kong, Larry Hu.
Dia melanjutkan idealnya, kebijakan moneter harus merespons permintaan dibandingkan pasokan. Namun, pada kenyataannya, bank sentral China kemungkinan besar akan mengeluarkan kebijakan yang dapat menyeimbangkan PPI dengan harga daging babi.
Bahkan, beberapa ekonom memperkirakan inflasi konsumen bisa naik hingga 4 persen seiring dengan makin mahalnya harga daging babi.
"Deflasi yang terus menerus terjadi di sektor industri memeras profit, menghapus peluang untuk investasi dan penyerapan tenaga kerja," tutur David Qu, ekonom di Bloomberg Economics di Hong Kong.
Secara keseluruhan, harga produk makanan di China naik 15,5 persen sehingga mendorong inflasi. Adapun kategori makanan, tembakau, dan alkohol seluruhnya meningkat 11,4 persen, dan berkontribusi 3,37 persen terhadap CPI.
Gara-gara Daging Babi, Inflasi China Naik Jadi 3,8 Persen
Beberapa ekonom memperkirakan inflasi konsumen bisa menembus 4 persen seiring dengan makin mahalnya harga daging babi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
14 menit yang lalu