Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Ethiopia membebaskan lima aktivis yang ditahan sejak awal tahun ini. Mereka ditahan setelah kasus pembunuhan presiden wilayah Amhara, tiga karyawan pemerintahan, dan kepala staf tentara di ibu kota.
Lima aktivis yang dibebaskan tersebut merupakan bagian dari hampir 250 orang yang ditangkap pada Juni lalu setelah kekerasan di Addis Ababa dan kota utama Bahir Dar di Amhara.
Jurnalis Eskinder Nega melaporkan, kelima aktivis tersebut telah mengonfirmasi pembebasan itu. Mereka termasuk dalam kelompok penekan yang menentang apa yang dilihatnya sebagai dominasi kelompok etnis Oromo di ibu kota.
“Ini adalah konfirmasi bahwa penangkapan mereka sejak awal salah dan didasarkan pada kebohongan,” kata Eskinder. “Pemerintah telah memutuskan untuk membebaskan mereka sekarang karena saat ini sedang menghadapi protes publik. Jadi itu adalah pengalihan.”
Ketika dikonfirmasi Reuters, pemerintah Ethiopia belum segera memberikan tanggapan.
Pemerintah mengatakan bahwa kekerasan yang terjadi Juni lalu dilakukan oleh komplotan seorang jenderal ‘nakal’ dan milisinya untuk mengambil alih Amhara. Kekerasan tersebut sekaligus mengungkap bahwa ketegangan etnis mengancam agenda reformasi Perdana Menteri Abiy Ahmed.
Pekan lalu, pendukung aktivis lainnya turun ke jalan untuk memprotes Abiy. Analis dan aktivis Jawar Mohammed mengatakan, polisi sempat mengepung rumahnya di Addis Ababa dan mencoba memperoleh detail keamanannya.
Kerumunan pemuda dari kelompok etnis Oromo dengan cepat meneruskan kemarahan mereka terhadap Abiy yang juga merupakan bagian dari etnis Oromo. Mereka mengecam Abiy yang mengkhianati mereka dengan menganiaya Jawar.
Abiy memenangkan hadiah perdamaian Nobel bulan ini karena berhasil berdamai dengan musuh lama Ethiopia, Eritrea. Jawar telah mempelopori protes yang mendorong Abiy berkuasa tahun lalu.