Bisnis.com, JAKARTA - Hong Kong terjerumus ke jurang resesi setelah dilanda lima bulan aksi protes anti-pemerintah yang memuncak pada akhir pekan lalu sehingga tidak mungkin mencatat pertumbuhan pada tahun ini, menurut Sekretaris Keuangan Hong Kong.
Para demonstran berpakaian hitam dan bertopeng membakar toko-toko dan melemparkan bom bensin ke polisi pada hari Minggu. Sementara itu, polisi membalas dengan lemparan gas air mata, meriam air dan menembakkan peluru karet seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (29/10).
Rekaman TV menunjukkan pengunjuk rasa bergerak ke hotel Kowloon dan kawasan perbelanjaan Nathan Road pada Minggu. Mereka kemudian membakar sejumlah barikade jalanan dan menyemprotkan bensin dari botol plastik ke pintu masuk kereta bawah tanah sehingga menyulut kebakaran.
Di satu stasiun, para aktivis melempar sebuah tong logam yang menyala ke tangga panjang menuju pos polisi yang berada di bawahnya. Polisi membalasnya dengan menembakkan gas air mata dan menembakkan peluru karet pada hari Minggu.
"Pukulan (akibat aksi protes) terhadap ekonomi kita komprehensif," kata Paul Chan dalam sebuah posting blog.
Sekretaris Keuangan Hong Kong itu menambahkan bahwa perkiraan awal untuk PDB kuartal ketiga menunjukkan terjadi kontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Kondisi itu secara teknis bisa sebagai resesi.
Dia juga mengatakan akan sangat sulit untuk mencapai kondisi pertumbuhan seperti sebelum aksi protes.
Seruan protes hari Minggu adalah untuk melawan kebrutalan polisi dan membela kelompok Muslim dan jurnalis.
Polisi akhir pekan lalu menembakkan meriam air ke sekelompok orang yang berdiri di luar sebuah masjid dan para wartawan terluka dalam bentrokan itu.