Bisnis.com, WINA - Talk show bertajuk “AFFANDI – Contemporary Heritage of Indonesia and its preservation", digelar di Danube University Krems, Austria, Jumat (18/10/2019).
Kegiatan ini merupakan implementasi rangkaian kegiatan kerja sama dengan Austria dalam upaya konservasi dan pelestarian lukisan Affandi sejak 1980, konservasi keunikan arsitektur Museum Affandi, hingga alih teknologi ilmu pengaruh iklim terhadap benda seni.
Rangkaian kegiatan tersebut dilaksanakan oleh konsorsium universitas - Danube University Krems, Technical University Vienna, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan Institute Seni Indonesia Yogyakarta.
Acara yang juga didukung KBRI/PTRI Wina ini menghadirkan Kartika Affandi, anak pelukis terkenal Indonesia, Affandi Koesoema. Kartika adalah Ketua Yayasan Affandi sekaligus pelukis penerus Ayahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Dubes RI untuk Austria Darmansjah Djumala menyampaikan apresiasi kepada pihak penyelenggara yaitu ASEA-UNINET, Austrian-Indonesia Society, Danube University-Krems dan Technology University-Vienna yang memprakarsai acara seperti ini.
Dubes menyampaikan bahwa upaya seperti ini menunjukan bahwa people to people contact berkontribusi terhadap hubungan bilateral antara Indonesia dan Austria.
"Apresiasi yang tinggi patut disampaikan terhadap upaya konservasi Museum Affandi oleh beberapa konsorsium universitas di Indonesia dan universitas di Austria dalam kerangka ASEA UNINET, inisiatif untuk transfer of technology dalam konservasi lukisan dan Museum Affandi, serta upaya Ibu Kartika Affandi sebagai salah satu pelukis ternama di Indonesia, yang juga anak Affandi dalam mengembangkan seni lukis dan Yayasan Musem Affandi," tegas Djumala.
Kartika Affandi (kiri) saat dialog yang dipandu Krems, peneliti Danube University/dok. KBRI
Sementara itu dalam dialog yang dipandu peneliti Danube University Krems, Kartika Affandi menggarisbawahi keinginan meneruskan ajaran Affandi sebagai guru seni. Kartika juga ingin membentuk Yayasan Museum Affandi sebagai wadah bagi pengajaran seni lukis dan seni arsitektur para generasi muda Indonesia termasuk mereka yang berkebutuhan khusus.
"Saya sebenarnya belajar seni tari saat dikirim belajar menggantikan beasiswa untuk Affandi ke India. Affandi dinilai sebagai pelukis dan arsitek otodidak dan guru, jadi tidak perlu beasiswa ini. Pada akhirnya saya yakini bahwa seseorang memang dilahirkan untuk jadi pelukis dan Affandi adalah guru saya," ungkap Kartika.
Talk show "AFFANDI – Conemporary Heritage of Indonesia and its preservation", utamanya difokuskan pada hasil karya seni Affandi (lukisan dan arsitektur museum) dan usaha yang dilakukan Kartika Affandi untuk merestorasi dan merawat hasil karya tersebut.
Kegiatan ini terlaksana berkat inisiatif dan kerja sama antara ASEA-UNINET, organisasi yang bergerak dalam bidang jaringan universitas dari universitas-universitas Eropa dan Asia Tenggara yang bertujuan untuk mempromosikan, internasionalisasi pendidikan dan penelitian yang berkelanjutan.
ASEA-UNINET merupakan kerangka kerja sama bagi pengembangan kerja sama dari 5 Universitas di Indonesia dengan 4 Universitas di Eropa.
Kegiatan in juga didukung Austrian-Indonesia Society, yang merupakan lembaga masyarakat Indonesia-Austria di bawah naungan KBRI/PTRI Wina. Lembaga ini terdiri dari para tokoh profesional Austria dan profesional warga negara Indonesia di Austria yang cinta Indonesia dan ingin berkontribusi untuk peningkatan hubungan Indonesia-Austria melalui berbagai kegiatan sosial budaya dan pendidikan oleh masyarakat kedua negara.
Dekan Fakultas Pendidikan, Seni dan Arsitek Danube University Krem, para akademisi berbagai universitas di Austria, mahasiswa Indonesia di Austria dan para tokoh lainnya turut hadir pada kegiatan ini.
Upaya yang telah dilakukan konsorsium universitas di Indonesia dan Austria untuk konservasi Museum Affandi pertama kali dimulai pada 2016.
Melalui jaringan di bawah naungan ASEA-UNINET, universitas-universitas tersebut memulai berbagai rangkaian kerja sama dalam berbagai proyek interdisciplinary tentang metode dan konsep untuk pelestarian lukisan dan beragam arsitektur lainnya.
Diharapkan warisan maestro pelukis Affandi dapat terus dilestarikan sebagai guru para generasi muda pelukis Indonesia.