Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Uni Eropa Sepakat Batasi Ekspor Senjata ke Turki

Negara-negara anggota Uni Eropa (EU) memutuskan untuk tidak memberlakukan embargo penuh ekspor senjata ke Turki. Namun, mereka sepakat untuk membatasi ekspor senjata sebagai bentuk kecaman atas invasi Turki di Suriah utara.
Bendera Uni Eropa/Reuters
Bendera Uni Eropa/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Negara-negara anggota Uni Eropa (EU) memutuskan untuk tidak memberlakukan embargo penuh ekspor senjata ke Turki. Namun, mereka sepakat untuk membatasi ekspor senjata sebagai bentuk kecaman atas invasi Turki di Suriah utara.

Mengutip Reuters, Selasa (15/10/2019), posisi kolektif UE utamanya ditujukan untuk menghindari embargo yang mengikat secara hukum terhadap Turki. Embargo penuh akan mengelompokkan Turki dengan Venezuela dan Rusia, negara-negara yang dipandang UE sebagai musuh dan yang memiliki larangan resmi.

Para diplomat mengatakan para menteri luar negeri anggota UE tidak siap untuk embargo meskipun marah kepada Presiden Tayyip Erdogan.

"Negara-negara anggota berkomitmen mengambil posisi nasional yang kuat mengenai kebijakan ekspor senjata mereka ke Turki," demikian pernyataan bersama menteri luar negeri Uni Eropa setelah pertemuan di Luksemburg.

UE mencatat beberapa negara anggota telah menghentikan ekspor senjata ke Turki.

Italia, pengekspor senjata utama ke Turki tahun lalu, menyatakan akan bergabung dengan Prancis dan Jerman untuk melarang penjualan senjata dan amunisi ke Ankara. Spanyol juga mengisyaratkan siap untuk melakukan langkah serupa.

"Kami tidak ingin mendukung perang ini dan tidak ingin menyediakan senjata," ujar Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas kepada wartawan.

Adapun menurut kantor statistik UE, Eurostat, UE mengekspor senjata dan amunisi senilai 45 juta euro (US$50 juta) ke Turki tahun lalu, termasuk rudal, dengan Italia sebagai vendor utama, diikuti oleh Spanyol, Inggris, dan Jerman.

Selain itu, para menteri luar negeri juga sepakat untuk membuat sanksi ekonomi di Ankara atas pengeboran minyak dan gas Turki di dekat Siprus.

Pemerintah Turki mengatakan pihaknya sepenuhnya menolak dan mengutuk keputusan yang diambil dan seruan yang dibuat oleh UE atas dua masalah tersebut.

"Kami akan secara serius meninjau kerja sama kami dengan UE pada bidang-bidang tertentu karena sikapnya yang melanggar hukum dan bias," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan.

Kantor kepresidenan Turki menyatakan kemudian bahwa Erdogan telah membahas tujuan operasinya di Suriah kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui telepon. Turki beranggapan bahwa operasinya di Suriah akan berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas regional dan global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper