Bisnis.com, JAKARTA – Profesor hukum independen Kais Saied akhirnya memenangi pemilihan presiden Tunisia setelah meraih 72,71 persen suara, menurut komisi pemilu negara itu.
Saied memperoleh 2,7 juta suara dan satu juta diraih lawannya, Nabil Karoui dalam pemungutan suara yang digelar hari Minggu, menurut komisi itu seperti dikutip Aljazeera.com, Selasa (15/10). Karoui, seorang taipan bisnis yang berada di penjara untuk sebagian besar kampanyenya, mengakui kekalahannya.
Komisi pemilihan menyatakan jumlah pemilih mencapai 55 persen atau lebih tinggi dari pada putaran pertama pada 15 September. Pemilu itu merupakan pemilihan presiden secara demokratis kedua di Tunisia sejak pemberontakan pada 2010-2011 yang menggulingkan penguasa lama Zine El Abidine Ben Ali.
Saied, 61, adalah kandidat independen tanpa pengalaman politik. Akan tetapi dia didukung oleh partai Ennahda yang konservatif dengan janji akan memerangi korupsi dan mendukung desentralisasi.
Sikapnya yang keras membuatnya dijuluki ‘Robocop’ selama kampanye. Sedangkan platform anti-kemapanannya mampu menarik pemilih muda yang kecewa dengan politisi yang mereka tuduh gagal memperbaiki kehidupan mereka sejak pemberontakan Musim Semi Arab.
Sekitar 90 persen pemilih berusia 18 hingga 25 tahun memilih Saied, menurut perkiraan oleh lembaga pemungutan suara Sigma.
Saied menggambarkan kemenangannya sebagai “revolusi dalam legitimasi konstitusional.”
“Terima kasih untuk mereka yang membuka halaman baru dalam sejarah,” katanya.
Saied adalah pendukung hukuman mati dan menentang homoseksualitas serta warisan yang sama untuk pria dan wanita.