Bisnis.com, JAKARTA – Serikat Pekerja Otomotif atau United Auto Workers (UAW) Amerika Serikat mendesak General Motors meningkatkan produksinya di pabrik yang ada di Negeri Paman Sam.
Dikutip dari Reuters, Rabu (9/10/2019), UAW melakukan pembahasan lanjutan dengan General Motors (GM) seiring dengan mogok kerja yang terus dilakukan oleh para pekerja. Kedua belah pihak membahas jalan keluar untuk menghentikan aksi mogok kerja yang sudah berlangsung selama 3 minggu.
UAW menganggap masalah utama yang memisahkan para pihak tersebut adalah jaminan kelangsungan pekerjaan.
“Kami telah menjelaskan bahwa tidak ada keamanan kerja ketika produk-produk GM dibuat di negara lain, dengan tujuan untuk dijual kembali di Amerika Serikat,” kata Wakil Presiden UAW Terry Dittes melalui surat yang ditujukan kepada para pejabat UAW.
Terry mengherankan keputusan dan langkah bisnis yang diambil oleh GM yang memperkuat produksinya di negara lain, tetapi produknya di jual kembali ke Amerika Serikat.
Seperti diketahui, aksi mogok di pabrik pembuat mobil terbesar di Amerika Serikat itu dimulai sejak 16 September 2019. Setidaknya 48.000 anggota UAW melakukan mogok dan menuntut besaran gaji yang lebih tinggi, keamanan kerja yang lebih besar, bagi keuntungan yang lebih besar, serta perlindungan tunjangan perawatan kesehatan.
Aksi mogok tersebut telah menelan biaya lebih dari US$1 miliar untuk GM, karena perusahaan tersebut terpaksa menghentikan operasi di Kanada dan Meksiko.
GM sendiri menolak untuk mengomentari tuntutan UAW yang telah dirilis ke sejumlah media.
Kemarahan serikat pekerja kepada GM dimulai sejak perusahaan tersebut membangun basis produksi truk dan kendaraan sport di Meksiko.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan sejumlah anggota parlemen juga mendesak GM untuk memproduksi lebih banyak kendaraan di negaranya.