Bisnis.com, JAKARTA—Juul Labs Inc. lebih gencar melakukan ekspansi ke berbagai negara untuk mengantisipasi pelarangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat.
Dikutip dari Reuters, Kamis (12/9/2019), Juul dikabarkan mulai masuk ke China untuk menggencarkan penjualannya setelah Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan rencana untuk menghapus semua varian rokok elektronik dari rak-rak toko.
Para pejabat Amerika Serikat telah memberikan peringatan terkait bahaya rokok elektrik yang telah menarik jutaan anak ke dalam kecanduan nikotin.
Peringatan itu dilakukan ketika pejabat kesehatan Amerika Serikat menyelidiki beberapa kematian dan orang dengan potensi penyakit paru-paru terkait vaping.
Saat ini, produk Juul telah membanjiri etalase lapak penjualan dalam jaringan (daring) seperti di situs e-commerce milik Alibaba Group dan JD.com.
Sebuah pemberitahuan yang dipublikasikan toko virtual resmi Juul di Tmall, situs e-commerce Alibaba menyebut telah dibuka pada 9 September 2019. Juul juga diketahui memiliki toko resmi di JD.com.
China memang dianggap sebagai salah satu pasar industri tembakau terbesar di dunia, karena angka perokok di negara tersebut mencapai 300 juta orang.
Pemerintah China terus melakukan kampanye anti-merokok untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Awal tahun ini, Pemerintah China merilis draf dokumen yang menyatakan Undang-Undang negara tersebut akan mengatur rokok elektrik.
Altria Group diketahui salah satu perusahaan besar tembakau yang ada di balik Juul dengan kepemilikan 35% saham. Perusahaan itu juga telah memperbesar penetrasi pasar perokok terbesar lainnya, seperti di Korea Selatan, Indonesia, dan Filipina.
Untuk di Indonesia, produk Juul dijual melalui kemitraan eksklusif dengan PT Jagad Utama Lestari (JUL) yang merupakan anak perusahaan dari PT Erajaya Swasembada Tbk. (Erajaya Group).