Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan Presiden Donald Trump membatalkan perundingan damai Afghanistan akan menelan korban jiwa lebih banyak lagi untuk warga Amerika Serikat (AS), menurut pihak Taliban.
Sementara, AS bertekad akan memperkuat tekanan militer terhadap para gerilyawan tersebut sebagi langkah yang bertolak belakang dengan upaya untuk mencari kesepakatan damai guna mengakhiri hampir 20 tahun perang di Afghanistan.
Pernyataan dari kelompok itu dikeluarkan setelah Trump secara tak terduga membatalkan pembicaraan rahasia yang direncanakan kemarin dengan para pemimpin utama Taliban di kompleks kepresidenan di Camp David, Maryland.
Dia membatalkan pembicaraan pada Sabtu setelah Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan di Kabul pekan lalu yang menewaskan seorang tentara AS dan 11 lainnya seperti dikutip Reuters, Senin (9/9/2019).
Zabihullah Mujahid, seorang juru bicara Taliban mengkritik Trump karena membatalkan dialog dan mengatakan pasukan AS telah menggempur Afghanistan pada saat yang sama.
"Ini akan menyebabkan lebih banyak kerugian bagi AS," katanya.
Baca Juga
Dia mengatakan kredibilitas AS akan rusak dan sikap anti-perdamaiannya akan terekspos ke dunia sehingga korban jiwa akan meningkat.
Pemilihan di Afghanistan menjadi lebih penting setiap saat, kata utusan khusus Uni Eropa di Washington. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa pembicaraan damai Afghanistan sedang ditahan dan Washington tidak akan mengurangi dukungan militer AS untuk pasukan Afghanistan sampai yakin Taliban dapat menindaklanjuti dengan komitmen yang signifikan.
Amerika Serikat telah memanggil utusan khusus AS untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad untuk memetakan jalur maju, Pompeo mengatakan dalam penampilan di acara berita TV Minggu (89/9/2019).
Ditanya di "Fox News Sunday" apakah pembicaraan Afghanistan sudah mati, Pompeo berkata, "Untuk saat ini mereka sedang."
truf telah lama ingin mengakhiri keterlibatan A.S. di Afghanistan - sejak masa jabatannya sebagai kandidat - dan diplomat Amerika telah berbicara dengan perwakilan Taliban selama berbulan-bulan tentang rencana untuk menarik ribuan pasukan sebagai imbalan jaminan keamanan oleh Taliban.
Para perunding Taliban membuat draf kesepakatan damai pekan lalu yang bisa menyebabkan penarikan pasukan dari perang terpanjang Amerika. Saat ini terdapat 14.000 pasukan AS dan juga ribuan pasukan NATO lainnya di negara itu, 18 tahun setelah invasi oleh koalisi yang dipimpin AS menyusul 11 September 2001, serangan Alqaeda terhadap Amerika Serikat.
Pertempuran di Afghanistan terus berlanjut di tengah pembicaraan dan serangan baru-baru ini oleh Taliban menimbulkan keraguan atas rancangan kesepakatan. Ketika kekerasan meningkat, para pemimpin Afghanistan termasuk Presiden Ashraf Ghani semakin kritis terhadap kesepakatan itu dan mendorong Taliban untuk melakukan pembicaraan langsung.
Ditanya apakah gagalnya perundingan menunda penarikan pasukan AS juga, Pompeo mengatakan masalah itu akan dibahas. "Presiden belum membuat keputusan tentang itu," katanya di ABC "This Week."