Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyiapkan rencana untuk secara resmi menghentikan perpanjangan Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Para penasihat Johnson kemarin mengadakan pertemuan untuk menghadapi strategi lawannya di parlemen yang berupaya perpanjangan Brexit, menurut harian The Telegraph seperti dikutip Reuters, Senin (9/9/2019).
Sebelumnya, sebagain besar parlemen meminta perpanjangan waktu Brexit selama tiga bulan dengan harapan akan ada kesepakatan baru dengan pihak Uni Eropa.
Menurut rencana itu, Johnson akan mengirim surat bersamaan dengan permintaan untuk memperpanjang pemberlakuan Pasal 50 yang menyatakan bahwa pemerintah tidak ingin ada penundaan Bexit setelah 31 Oktober, menurut laporan tersebut.
Sikap keras Johnson tersebut disampaikan oleh menteri kabinet yang telah mengundurkan diri sebelumnya.
Mantan Menteri Buruh Amber Rudd menyatakan Johnson "tetap pada rencana" untuk meninggalkan UE pada 31 Oktober dengan atau tanpa kesepakatan untuk memudahkan masa transisi.
Baca Juga
Strategi Johnson untuk meninggalkan UE telah membuat para kritikus untuk menggambarkannya sebagai "diktator" dan menciptaan ketidakpastian setelah referendum dilaksanakan pada 2016.
Dia telah kehilangan mayoritas pemerintahan Konservatif di parlemen setelah memecat 21 pembangkang di tubuh partainya karena melawan melaksanakan pemilu lebih awal.
Rudd menyebut alasan pengunduran dirinya adalah karena Johnson tidak proprsional dalam menyikapi persoalan Brexit.
Rudd juga membantah telah menuduh pemerintah berbohong atas upayanya untuk menegosiasikan kesepakatan Brexit. Dia mengatakan hanya melaporkan apa yang telah dilihatnya.
"Tujuan pengunduran saya adalah untuk menunjukkan bahwa Partai Konservatif harus menjadi partai moderat yang merangkul orang-orang dengan pandangan berbeda tentang UE,” katanya.