Bisnis.com, JAKARTA – Rentetan serangan pesawat tak berawak (drone) di Suriah, Irak, Arab Saudi, Yaman dan di Lebanon telah membangkitkan momok era baru konflik di kawasan Timur Tengah.
Momok itu muncul karena kemampuan senjata seperti siluman tersebut mampu menembus medan perang yang jauh dan mengenai sasaran yang dijaga ketat.
Perang drone telah menjadi faktor penting dalam meningkatnya konflik antara Israel dan Iran. Keduanya sekarang sedang terlibat perang di kedua sisi perbatasan Israel dan di beberapa wilayah udara negara sekitarnya.
Karena kecil, murah untuk diproduksi dan mampu menghindari sistem radar, drone telah menjadi pusat arsenal militer Israel selama bertahun-tahun, terutama dalam operasinya di Gaza.
Iran juga telah mulai mengerahkan mesin-mesin tak berawak tersebut, yang diujicobakan dari jarak jauh dalam bentrokan dengan pihak militer Israel. Tehran telah lama menggunakan perang proksi dengan menggunakan drone, tetapi sekarang semakin meningkatkan intensitasnya.
Para pejabat Israel mengatakan kepada diplomat Eropa bahwa dua pesawat tak berawak yang jatuh di Beirut pada hari Minggu dikirim dari Israel untuk mengganggu upaya Hizbullah melakukan serangan roket, menurut sejumlah sumber.
Drone yang jatuh di pinggiran selatan ibu kota Lebanon, dilengkapi sekitar lima kilogram bahan peledak jenis plastik.
Dua diplomat barat mengatakan operasi yang tidak biasa itu mungkin merupakan upaya pembunuhan, atau upaya untuk menghancurkan situs yang vital bagi Hizbullah untuk memperbaiki persenjataan roketnya. Salah satu teori menyatakan serangan.
Tadi malam, tentara Lebanon mengatakan menembak dua dari tiga pesawat tanpa awak Israel yang melanggar wilayah udara Lebanon di dekat perbatasan negaranya. Sedangkan drone ketiga kembali ke wilayah udara Israel.
Pesawat itu memasuki wilayah udara Lebanon pada pukul 19.35 dan kembali ke Israel setelah ditembak, menurut pernyataan pihak militer seperti dikutip Theguardian.com, Kamis (29/8/2019). Drone kedua kembali ke Israel tanpa ditembaki. Tentara menembaki yang ketiga, yang juga kembali ke Israel, katanya.
Perkembangan itu terjadi ketika gerilyawan Syiah di Irak mengklaim bahwa Israel telah menggunakan pesawat tak berawak yang diluncurkan dari Azerbaijan untuk menyerang sasaran di utara dan tengah negara itu. Wilayah itu telah menjadi pusat transit bagi senjata yang dikirim ke posisi Iran di dekat Israel.
Pejabat AS, Iran dan Irak mengatakan bahwa sejak pertengahan Juli Israel telah menerbangkan mesin-mesin canggih yang dilengkapi dengan rudal sejauh ratusan mil ke Irak untuk menyerang lima target yang terkait dengan kekuatan proksi Iran yang beroperasi di sana.