Bisnis.com, JAKARTA -- Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam menolak mengundurkan diri dan menegaskan pihaknya akan tetap berupaya menjaga keamanan serta ketertiban kota pelabuhan itu.
Dalam konferensi pers, Senin (5/8/2019), Lam memperingatkan para pengunjuk rasa bahwa gelombang demonstrasi yang terus berlanjut merupakan sebuah tantangan atas kedaulatan China dan mendorong Hong Kong memasuki situasi yang berbahaya. Menurutnya, para pengunjuk rasa justru akan melukai ekonomi Hong Kong.
"Mereka mengklaim ingin revolusi dan memperbaiki Hong Kong, serangkaian aksi ini telah melampaui tuntutan politis awal," ucap Lam seperti dilansir Reuters.
Pada Senin (5/8), para pengunjuk rasa memblokir transportasi umum, seperti bus dan kereta sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintah. Jalan-jalan utama serta bandara Hong Kong juga lumpuh.
Sementara itu, pada Minggu (4/8) malam, polisi menahan 44 orang dalam bentrokan dengan pengunjuk rasa.
Lam menyebut demonstrasi yang terjadi sebagai suatu kegiatan ilegal dan akan membahayakan "One Country, Two Systems" yang dianut Hong Kong sejak diserahkan oleh Inggris ke China pada 1997. Kondisi ini pun dianggap bakal menjadi awal kejatuhan kemakmuran dan stabilitas Hong Kong.
Baca Juga
Namun, sebagian pengunjuk rasa menilai pernyataan Lam justru makin memanaskan suasana karena terkesan tidak memedulikan sentimen publik.
"Saya rasa pemerintah tidak melakukan apapun untuk memulihkan masyarakat. Mereka tidak memberikan solusi apapun untuk memecahkan masalah politik yang mereka buat sendiri. Mengapa pemerintah tidak berkaca ke kinerja mereka?" papar Jay Leung, seorang mahasiswa yang ikut serta dalam aksi protes.
Gelombang unjuk rasa besar-besaran telah mengguncang Hong Kong sejak akhir Maret 2019. Aksi yang awalnya memprotes rencana penerapan RUU Ekstradisi, sekarang meluas menjadi protes terkait ketidakpuasan warga terhadap pemerintah setempat.
Pada pekan lalu, Pegawai Negeri Sipil (PNS) Hong Kong ikut serta berdemo.