Bisnis.com, JAKARTA – Saham Standard Chartered naik tajam didorong antusiasme investor atas laporan laba yang lebih baik dari estimasi dan upaya pengendalian biaya oleh perusahaan.
Berdasarkan data Bloomberg, saham Standard Chartered menguat 4,1 persen menjadi 704,8 pence pukul 08.25 pagi di London.
Perusahaan jasa keuangan multinasional tersebut melaporkan perolehan laba sebelum pajak yang disesuaikan untuk semester pertama tahun ini sebesar US$2,61 miliar sedikit lebih tinggi dari perkiraan para analis.
“Laporan angka yang baik dari Standard Chartered,” ujar Edward Firth, seorang analis Keefe, Bruyette & Woods di London.
“Namun, pertanyaan mendasarnya adalah apakah ini sebaik yang didapat. Marginnya jelas telah diuntungkan dari Hibor yang positif pada kuartal ini. Arahnya kemungkinan akan berbalik ketika tingkat suku bunga AS turun,” lanjutnya.
Kenaikan Hibor atau Hong Kong interbank rate, telah mendorong margin Standard Chartered di wilayah tersebut, yang merupakan pasar terbesarnya.
Baca Juga
Kepada awak media, Chief Financial Officer Standard Chartered Andy Halford mengakui hal positif dari kenaikan biaya pinjaman meskipun tidak melihatnya sebagai sesuatu yang luar biasa.
Biaya pinjaman antar bank telah meningkat selama kuartal kedua dan naik tajam pada bulan Juni dan awal Juli, sebelum turun kembali dalam beberapa pekan terakhir.
Pada Kamis (1/8/2019), Hibor overnight mencatat penurunan terbesar dalam tiga pekan setelah bank sentral AS Federal Reserve memangkas suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2008.
Kinerja Standard Chartered sendiri telah didorong oleh program pembelian kembali saham (stock buyback) senilai US$1 miliar yang diumumkan pada bulan April.
Tumbuh perkiraan bahwa Standard Chartered dapat mengumumkan pembelian kembali lebih lanjut senilai US$1 miliar tahun depan. Meski demikian, Halford tidak menjanjikan hal tersebut untuk saat ini.
“Biaya pasti terkendali. Yang penting bagi kami adalah pengendalian biaya memungkinkan kami berinvestasi lebih banyak dalam bisnis di masa depan,” tutur Halford
Dalam laporan semesterannya, perusahaan juga menyatakan penurunan biaya-biaya sebesar 3 persen. Namun, Standard Chartered menyoroti eskalasi perselisihan antara Amerika Serikat dan China yang menjalar ke bidang keamanan dan teknologi.
Perselisihan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut menjadi perhatian khusus bagi Standard Chartered yang menghasilkan sebagian besar pendapatannya di Asia.
“Proteksionisme perdagangan buruk bagi ekonomi global, dan kekhawatiran mengenai hal ini terus mempengaruhi sentimen di pasar global dan di banyak lokasi kami,” jelas Chairman Jose Vinals dalam pernyataannya.
“Kami menantikan resolusi yang berkelanjutan atas ketidakpastian perdagangan sehingga klien-klien dapat menangani konsekuensinya dengan lebih percaya diri.”