Bisnis.com, JAKARTA - Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga, tetapi gubernur bank sentral AS mengatakan langkah itu kemungkinan bukan awal dari upaya panjang untuk memperkuat perekonomian di tengah risiko melemahnya pertumbuhan ekonomi global.
Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell mengatakan munculnya tanda-tanda perlambatan ekonomi global, memanasnya hubungan perdagangan AS-China dan keinginan untuk meningkatkan inflasi yang terlalu rendah menjadi dasar keputusan bank sentral untuk menurunkan biaya pinjaman untuk pertama kalinya sejak 2008 selain untuk memperkuat upaya untuk menghentikan penutupan perusahaan obligasi secara besar-besaran.
"Biar saya jelaskan. Ini bukan awal dari serangkaian panjang penurunan suku bunga," kata Powell dalam konferensi pers setelah The Fed merilis pernyataan kebijakan terbarunya seperti dikutip Reuters, Kamis (1/8/2019).
Pada saat yang sama, dia berkata, "Saya tidak mengatakan itu hanya sekadar pemotongan suku bunga."
Sebagian besar pasar keuangan memperkirakan The Fed akan menurunan suku bunga utama pinjaman semalam sebesar seperempat poin persen ke kisaran target 2,00 persen hingga 2,25 persen. Akan tetapi banyak pelaku pasar memperkirakan akan ada penurunan suku bunga di masa yang akan datang.
Presiden Donald Trump, yang telah berulang kali menyerang kebijakan The Fed dan menuntut agar mendorong pemotongan suku bunga yang lebih besar, mengatakan di Twitter bahwa Powell "mengecewakan kami" karena tidak menurunkan suku bunga secara agresif.
Harga saham perushaan AS jatuh usai Powell memberikan keterangan pers. Indeks benchmark S&P 500 SPX ditutup turun 1,1 persen. Sedangkan imbal hasil untuk US2YT=RR dengan nota dua tahun, naik menjadi 1,87 persen.
Ken Polcari, Managing Principal pada Butcher Joseph Asset Management, mengatakan pesan Powell adalah "bukan apa yang diharapkan" meskipun sebagian besar pedagang mengharapkan penurunan suku bunga.
"Dia tidak menutup pintu, tetapi dia juga tidak mengatakan akan ada penaikan pada September, jadi tunggu saja," kata Polcari.