Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia sedang memasuki musim kemarau yang diperkirakan berlangsung hingga Oktober nanti. Puncak kekeringan diprediksi terjadi pada Agustus mendatang.
Deputi Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Dody Hargo Usodo mengatakan bahwa kemarau tahun ini akan lebih parah mengalami kekeringan dibandingkan tahun lalu.
“Ini memang resiko daerah tropis. Di Indonesia ini ada daerah masih kena banjir, ada daerah terdampak kebakaran hutan dan lahan, tapi ada juga yang kekeringan,” katanya di Gedung Kemenko PMK, Jakarta, Selasa (30/7/2019).
Bagian selatan di Indonesia mulai dari Sumatra, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara akan mengalami kekeringan berkepanjangan. Dody menjelaskan bahwa Kemenko PMK mencatat ada beberapa provinsi yang rawat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) bakal mengalami peningkatan tahun ini dibanding 2018.
“Antara lain Riau, Kalimantan Selaran, Kalimantan Timur, San Kalimantan Utara,” jelasnya.
Di sisi lain, sudah ada 5 provinsi (Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan) serta 3 kabupaten (Dumai, Sambas, dan Siak) telah menetapkan siaga darurat karhutla.
Untuk bencana kekeringan, 55 kepala daerah telah menetapkan darurat bencana di Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara. Wilayah yang terdampak resiko sedang hingga tinggi dengan luas 11.774.437 hektar lahan dan 48.491.666 jiwa.
Mengatasi ini, Dody menuturkan bahwa pemerintah melakukan upaya khusus mulai dari penegakan hukum dari pelaku pembakaran hutan, patroli rutin, hingga sosialisasi dan kampanye pencegahan karhutla.
“Untuk bencana kekeringan, upaya yang dilakukan kementerian dan lembaga dalam menghadapi darurat kekeringan yaitu pendistribusian air bersih sebanyak 7.045.400 liter, penambahan jumlah mobil tanki, hidran umum, pembuatan sumur bor, dan kampanye hemat air,” ucapnya.