Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena mengklaim bahwa serangan bom Paskah pada April lalu merupakan ulah sindikat narkoba internasional.
"Bandar narkoba yang melakukan serangan ini untuk mendiskreditkan saya dan mencegah gerakan anti-narkotika saya. Saya tidak akan gentar," kata Sirisena dalam pernyataan terbarunya, dikutip dari Channel News Asia pada Selasa (16/7/2019).
Pernyataan tersebut dilontarkan di tengah upaya Sirisena untuk menghidupkan kembali hukuman mati bagi pelanggaran penggunaan narkoba.
Sirisena melancarkan pertempuran melawan upaya-upaya koalisi pemerintahannya di parlemen untuk menghapuskan hukuman mati, yang telah dikenai moratorium sejak 1976. Menurutnya, hukuman mati dapat mencegah perdagangan narkoba ilegal.
Sebelumnya, Sirisena menuding kelompok jihadis lokal, National Thowheeth Jama'ath (NTJ), yang berada di balik serangan yang menewaskan 258 orang itu.
Sedangkan kubu Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe meragukan pernyataan sang Presiden.
"Polisi akan menyelesaikan penyelidikan dalam waktu sekitar 2 pekan. Tidak disebutkan tentang pengedar narkoba yang terlibat," kata Juru Bicara Perdana Menteri, Sudarshana Gunawardana.
Di sisi lain, Gunawardana menuturkan bahwa PM Wickremesinghe menentang hukuman mati bagi penyalahgunaan narkoba karena bertentangan dengan kebijakan partainya, Partai Persatuan Nasional.
Sementara itu, pejabat kepolisian mengatakan penyelidikan terhadap bom bunuh diri pada 21 April lalu itu masih berlangsung dan lebih dari 100 orang yang ditahan adalah warga Sri Lanka.
"Kami berangkat dari dasar bahwa ini adalah kejahatan yang direncanakan dan dieksekusi oleh kelompok Muslim radikal Muslim Sri Lanka. Semua orang yang terlibat dalam serangan itu mati atau berada dalam tahanan," kata seorang pejabat senior polisi yang tak ingin disebutkan namanya.