Bisnis.com, SEMARANG – Sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) seharusnya menempatkan siswa lebih dekat dengan sekolah. Namun, hal kontras justru terjadi di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng).
Sejumlah calon siswa SMA yang berdomisili di Kelurahan Gedawang, Banyumanik, justru tersisih ke luar dari wilayahnya. Tak tanggung-tanggung, mereka tersisih hingga ratusan kilometer (km) ke SMAN 1 Purwantoro, yang terletak di Kabupaten Wonogiri.
Salah satu orang tua siswa, Hermansyah, menuturkan anaknya yang bernama Jovita Nadya Artista mendaftar PPDB online SMAN di Jateng melalui sistem zonasi. Dengan sistem itu, putrinya memiliki pilihan mendaftar di dua sekolah, yakni SMAN 4 Semarang yang berjarak 0,8 km dari Kantor Kelurahan Gedangan dan SMAN 9 Semarang, yang berjarak sekitar 2 kilometer.
Namun rupanya di dua SMA Negeri itu, anaknya gagal diterima. Jarak zonasi terjauh yang diterima di SMAN 4 Semarang adalah 0,4 km, sedangkan di SMAN 9 Semarang sekitar 1,8 km.
Setelah gagal di dua pilihan itu, seharusnya sistem pada aplikasi PPDB online memilihkan siswa di sekolah yang tidak terlalu jauh jaraknya dari tempat tinggal. Namun, alangkah kagetnya Herman setelah mengetahui jika aplikasi itu memilihkan anaknya sekolah yang jaraknya sangat jauh, yakni SMAN 1 Purwantoro, Wonogiri.
“Di aplikasi itu tertulis jarak antara Gedawang dengan SMAN 1 Purwantoro sekitar 5 km. Padahal, secara riil jaraknya sekitar 160-an km. Masak, saya harus menyekolahkan anak saya di sana?” ujar Herman saat dijumpai Semarangpos.com di SMAN 4 Semarang, Jumat (5/7/2019).
Herman mengaku kejadian semacam itu tidak hanya dialami putrinya saja. Bahkan hampir seluruh calon peserta didik baru yang berdomisili di Kelurahan Gedawang mengalaminya.
“Ada sekitar 38-39 anak dari Gedawang yang mendaftar di SMAN 4 Semarang. Semuanya ditempatkan di SMAN 1 Purwantoro, Wonogiri. Ini kacau! Sistemnya salah,” ujar Herman.
Senada juga diungkapkan orang tua Aisa Najwa, Meita Sari, 43. Ia tak habis pikir kenapa sistem komputer di PPDB SMA Jateng menempatkan anaknya bersekolah di perbatasan Jateng dengan Jawa Timur.
“Ini tak hanya merugikan siswa, tapi juga sekolah. Sekarang, kalau seluruh anak Gedawang yang diterima di SMAN 1 Purwantoro enggak mau mengambil pilihan itu, berarti kan sekolahnya nanti enggak dapat siswa. Satu kelas kosong,” ujar Meita.
Meita mengaku tak akan mengambil opsi yang diberikan sistem PPDB online Jateng itu. Ia pun lebih memilih mendaftarkan anaknya di sekolah swasta, SMK.
“Kasihan lagi kalau anak itu berasal dari keluarga tidak mampu. Sekolah di Wonogiri kan harus indekos dan butuh banyak biaya. Sementara swasta juga mahal. Bisa-bisa enggak sekolah,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Administrasi PPDB SMAN 4 Semarang, Eko Sawardi, tidak tahu menahu dengan sistem PPDB online yang menempatkan anak-anak dari Gedawang bersekolah di Wonogiri.
“Itu sistemnya dari Dinas [Pendidikan dan Kebudayaan]. Kami sifatnya di sini hanya membantu siswa melakukan pendaftaran secara online. Sistem sudah disiapkan dari dinas,” ujarnya.
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya