Bisnis.com, JAKARTA - Peretas yang bekerja untuk agen intelijen negara Barat membobol Yandex, perusahaan mesin pencari data (search engine) milik Rusia pada akhir 2018 dengan menyebarkan jenis virus langka untuk memata-matai pengguna akun, menurut sejumlah sumber.
Penggunaan virus (malware) yang disebut Regin itu diketahui digunakan oleh aliansi intelijen "Lima Mata" dari Amerika Serikat, Inggris, Australia, Selandia Baru dan Kanada, kata sumber itu.
Akan tetapi, badan intelijen kelompok negara-negara itu menolak untuk berkomentar.
Serangan siber negara Barat atas Rusia jarang diakui atau dibicarakan di depan umum. Tidak dapat diketahui negara mana dari lima negara di belakang serangan terhadap Yandex, kata sumber tersebut seperti dikutip Reuters, Jumat (28/6/2019).
Tiga dari empat sumber itu memiliki pengetahuan langsung tentang kegiatan peretasan yang terjadi antara Oktober dan November 2018.
Juru Bicara Yandex, Ilya Grabovsky mengakui insiden itu dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, tetapi menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut.
“Serangan khusus ini terdeteksi pada tahap sangat awal oleh tim keamanan Yandex. Hanya saja serangan itu dinetralkan sebelum kerusakan terjadi,” katanya.
Perusahaan itu juga mengatakan bahwa "respons tim keamanan Yandex memastikan bahwa tidak ada data pengguna yang terganggu oleh serangan tersebut."
Perusahaan yang secara luas dikenal sebagai "Google Rusia" untuk rangkaian layanan online dari pencarian internet hingga email dan pemesanan taksi, menyatakan memiliki lebih dari 108 juta pengguna bulanan di Rusia.
Yandex juga beroperasi di Belarus, Kazakhstan, dan Turki.