Bisnis.com, MATARAM - Meski dikeluhkan banyak orang tua siswa, pihak dinas pendidikan menyebutkan bahwa PPDB Zonasi memiliki keunggulan tersendiri.
Penerimaan peserta didik baru dengan menggunakan sistem zonasi dinilai unggul dalam pemerataan layanan dan peningkatan kualitas pendidikan.
"Sistem zonasi ini cukup bagus agar siswa tidak menumpuk pada satu sekolah yang disebut sekolah favorit," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram Lalu Fatwir Uzali, di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa (25/6/2019).
Oleh karena itu, katanya, dalam PPDB Tahun Ajaran 2019/2020, pemerintah kota setempat tetap menggunakan sistem zonasi dengan ketentuan lama, yakni 90 persen zonasi, lima persen prestasi, dan lima persen jalur untuk siswa pindah.
Dalam pelaksanaan PPDB Tahun Ajaran 2019/2020, Dinas Pendidikan Kota Mataram akan berusaha mengoptimalkan penerapan ketentuan tersebut.
Fatwir mengakui apabila sistem zonasi diterapkan secara murni masih ada satu sekolah yang kekurangan murid. Oleh karena itu, Disdik bisa memasukkan siswa yang lebih di satu sekolah tertentu.
"Sistem zonasi selama ini masih ada kendala, salah satunya tidak meratanya sekolah, terutama tingkat SMP, sehingga banyak juga yang eksodus misalnya dari Kecamatan Cakranegara ke Mataram," kata Fatwir.
Menyikapi penerapan zonasi PPDB 2019/2020, Armita Budiyanti, salah seorang wali murid yang tahun ini putranya akan masuk jenjang SMP, menyatakan setuju dengan sistem itu.
Meskipun tempat tinggalnya tidak masuk zona SMP yang dianggap publik sebagai sekolah favorit, dia tidak lantas latah ikut-ikutan memindahkan atau menitipkan nama anak di kartu keluarga (KK) keluarga lain yang alamat rumahnya dekat dengan sekolah favorit.
"Yang saya pahami, target zonasi bukan hanya pemerataan akses layanan pendidikan saja tapi juga pemerataan kualitas pendidikan. Nah, kalo targetnya sudah sebaik itu rasanya tidak ada yang perlu saya kritik," kata Armita.
Menurut Armita, di manapun sekolahnya kalau anak belajar dengan rajin, bisa disiplin, mau menghormati guru, dan mampu bersosialisasi dengan baik di sekolahnya tentunya dia akan meraih keberhasilan.
Armita mengatakan keberhasilan pendidikan anak bukan semata-mata dilihat dari perolehan nilai akademis yang tinggi, akan tetapi juga antara lain dari sikap yang santun, iman yang kuat, dan jiwa sosial yang tinggi.
"Memasukkan anak kita ke sekolah yang katanya favorit, menurut saya sih, belum tentu menjamin anak kita meraih keberhasilan jika kita sebagai orang tua tidak turut andil mendidik dan membangun karakter anak di rumah," kata ibu dua putra itu.