Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan AS Kirim 1.000 Pasukan Tambahan ke Timur Tengah

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Patrick Shanahan mengumumkan pengerahan sekitar 1.000 pasukan tambahan ke Timur Tengah.
Ilustrasi/Reuters-Oleg Popov
Ilustrasi/Reuters-Oleg Popov

Bisnis.com, JAKARTA--Menteri Pertahanan Amerika Serikat Patrick Shanahan mengumumkan pengerahan sekitar 1.000 pasukan tambahan ke Timur Tengah.

"Menanggapi permintaan dari Komando Pusat AS (CENTCOM) untuk pasukan tambahan dan dengan saran dari Ketua Kepala Staf Gabungan dan dalam konsultasi dengan Gedung Putih, saya telah memberi otorisasi kepada sekitar 1.000 pasukan tambahan untuk tujuan pertahanan untuk mengatasi ancaman udara, laut, dan darat di Timur Tengah," ujar Shanahan melalui keterangan resminya yang dikutip dari laman resmi Kementerian Pertahanan AS, Selasa (18/6/2019).

Langkah tersebut dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pertahanan terhadap ancaman Iran. Menurutnya, serangan Iran baru-baru ini telah menunjukkan sikap bermusuhan dari pasukan Iran dan kelompok proksi mereka yang dapat mengancam pasukan dan kepentingan AS di kawasan Timur Tengah.

"Amerika Serikat tidak mencari konflik dengan Iran. Tindakan ini diambil untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan personel militer kami yang bekerja di seluruh kawasan dan untuk melindungi kepentingan nasional kami," katanya.

Dia menambahkan pihaknya akan terus memonitor perkembangan situasi yang terjadi dan menambah pasukan sesuai keperluan berdasarkan laporan intelijen yang kredible.

Sebelumnya, Amerika Serikat menduga Iran bertanggung jawab atas serangan terhadap dua tanker minyak di Teluk Oman pada Kamis (13/6/2019). AS pun mengklaim memiliki bukti yang menunjukkan keterlibatan Iran.

Ketegangan meningkat antara Iran dan AS dalam beberapa pekan terakhir, setelah AS memperketat sanksi Iran dengan memerintahkan semua negara dan perusahaan untuk menghentikan semua impor minyak Iran.

AS bertujuan untuk menggencarkan tekanan ekonomi dan militer terhadap Iran karena program-program nuklir dan balistiknya serta dukungannya bagi kelompok-kelompok proksi di Suriah, Irak, Lebanon, dan Yaman.

Pembicaraan mengenai program nuklir Iran memanas sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper