Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ahli HAM Internasional Desak PBB Gelar Investigasi atas Pemberantasan Narkoba di Filipina

Sebanyak 11 ahli Hak Asasi Manusia (HAM) independen PBB menilai kondisi HAM di Filipina mengalami penurunan tajam, terutama terkait serangkaian pembunuhan atas dasar pemberantasan narkoba.
Pengunjuk rasa dan warga Filipina memegang poster memprotes terbunuhnya Kian Loyd delos Santosa, seorang siswa SMA, yang ditembak mati di tengah perang melawan narkoba yang digalakkan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, di Caloocan City, Metro Manila, Filipina, Jumat (25/8/2017)./Reuters-Dondi Tawatao
Pengunjuk rasa dan warga Filipina memegang poster memprotes terbunuhnya Kian Loyd delos Santosa, seorang siswa SMA, yang ditembak mati di tengah perang melawan narkoba yang digalakkan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, di Caloocan City, Metro Manila, Filipina, Jumat (25/8/2017)./Reuters-Dondi Tawatao

Bisnis.com, JAKARTA -- Ahli Hak Asasi Manusia (HAM) independen PBB mendorong dibukanya penyelidikan internasional atas serangkaian pembunuhan terkait pemberantasan narkoba di Filipina.

Reuters melansir Jumat (7/6/2019), sebanyak 11 ahli HAM independen menuding Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengintimidasi aktivis dan hakim Mahkamah Agung (MA), melecehkan perempuan, serta menginisiasi kekerasan terhadap terduga pengguna narkoba dan pihak lainnya. 

"Kami telah merekam banyak sekali kematian yang antara lain dilakukan oleh polisi dalam konteks perang melawan narkoba, serta pembunuhan atas sejumlah aktivis HAM," papar para ahli dalam keterangan resmi bersama yang disampaikan di Jenewa, Swiss.

Mereka menilai Pemerintah Filipina tidak menunjukkan indikasi akan memenuhi kewajiban untuk melakukan investigasi menyeluruh atas kasus-kasus tersebut.

Salah satu dari ahli yang ikut serta adalah Agnes Callamard, penyelidik PBB untuk eksekusi yang dilakukan di luar hukum. 
Pada Senin (24/6), Dewan HAM PBB akan membuka sesi khusus selama 3 pekan untuk meluncurkan penyelidikan independen terkait kondisi HAM di Filipina, yang dipandang mengalami penurunan tajam.

Terkait hal ini, belum ada komentar dari Duterte maupun Pemerintah Filipina. Namun, Ronald dela Rosa--yang menjadi pemimpin dalam upaya pemberantasan narkoba ini--dan Pemerintah Filipina telah mengklaim lebih dari 5.000 terduga bandar narkoba yang dibunuh oleh polisi sebelumnya terlebih dulu melakukan perlawanan.

Duterte terpilih menjadi Presiden Filipina pada 2016. Pemberantasan narkoba dan kriminalitas termasuk dalam janji utamanya ketika kampanye.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper