Bisnis.com, JAKARTA – Saham Boeing Co. terpuruk ke level penutupan terendahnya dalam empat bulan akibat tertekan eskalasi tensi perdagangan Amerika Serikat (AS)-China.
Berdasarkan data Bloomberg, saham perusahaan pesawat tersebut ditutup melemah 4,9 persen di level US$337,37 di New York pada perdagangan Senin (13/5/2019), level harga penutupan terendahnya sejak 7 Januari.
Pada Senin (13/5), pemerintah Negeri Tirai Bambu mengumumkan akan menaikkan tarif dengan kisaran 5-25 persen terhadap produk-produk senilai US$60 miliar asal Amerika Serikat mulai 1 Juni.
Langkah ini adalah bentuk balasan atas kenaikan tarif yang dilakukan sebelumnya oleh Presiden AS Donald Trump. Pada Jumat (10/5), pemerintah AS mulai memberlakukan kenaikan tarif sebesar 25 persen terhadap barang-barang asal China senilai US$200 miliar.
Selain Boeing, saham Caterpillar Inc., Apple Inc., dan United Technologies Corp. turut terpukul aksi balas membalas tarif perdagangan antara AS dan China pada perdagangan Senin.
Tak hanya terbebani perang dagang AS-China, saham perusahaan pesawat tersebut juga terdampak peringatan bahwa penjualan pesawat terbang produksinya di Negeri Tirai Bambu dapat berkurang.
Hu Xijin, pemimpin redaksi Global Times, yang diterbitkan oleh People's Daily's Party, pada Senin (13/5) menuliskan dalam Twitter bahwa China kemungkinan akan berhenti membeli produk-produk pertanian dan energi AS, mengurangi pesanan Boeing, serta membatasi perdagangan jasa dari Amerika.
Cuitan itu serta merta memicu spekulasi tentang apakah Hu mencerminkan pemikiran pemerintah China tentang isu tersebut.
Tulisan Hu berikut reaksi pasar yang resah menggarisbawahi risiko yang dihadapi Boeing, eksportir terbesar AS, dari meningkatnya konflik perdagangan AS-China. China adalah pasar global terbesar untuk model pesawat 737, sumber utama laba bagi Boeing.
Pabrikan pesawat yang berbasis di Chicago tersebut sejauh ini belum dijadikan target aksi balasan oleh pemerintah China. Tapi perlu diketahui, China memiliki beberapa alternatif untuk maskapai-maskapai di negeri Presiden Xi Jinping ini.
Pemerintah China sendiri memiliki cara-cara lain untuk menekan Boeing selain dari pesanan pesawat. China menjadi negara pertama yang melarang terbang pesawat Boeing 737 Max, beberapa jam setelah tragedi mematikan pada 10 Maret di Ethiopia.
Ada perkiraan bahwa pihak regulator China akan melakukan tinjauan panjang terhadap Max seiring dengan upaya Boeing bekerja sama dengan regulator keselamatan di seluruh dunia untuk mengembalikan layanan pesawatnya ini.
Terkait konflik perdagangan antara AS-China yang tampaknya semakin panas, juru bicara Boeing Gordon Johndroe mengutarakan optimismenya atas hubungan dua ekonomi terbesar di dunia ini.
“Kami yakin AS dan China akan melanjutkan diskusi perdagangan dan mencapai perjanjian yang menguntungkan para manufaktur maupun konsumen AS dan China,” tutur Johndroe, seperti dikutip Bloomberg.