Bisnis.com, JAKARTA - Filipina menggelar pemilu paruh waktu yang diperkirakan akan memperkuat posisi Presiden Rodrigo Duterte sekaligus membuka jalan baginya untuk memenuhi janjinya mengembalikan hukuman mati selain mengamendemen konstitusi.
Duterte mendapat kecaman internasional karena pernyataannya yang kontroversial. Akan tetapi dia tetap sangat populer di kalangan orang-orang Filipina yang muak dengan pelanggaran hukum dan perilaku buruk para politisi.
Dia ingin mengembalikan hukuman mati untuk kejahatan terkait narkoba sebagai bagian dari tindakan keras terhadap narkotika yag telah membuat ribuan tersangka dan penjahat narkoba terbunuh.
Program antikejahatan yang diberlaukannya juga meliputi penurunan batas usia anak untuk dapat dipidana dari 15 tahun menjadi 12 tahun.
Sikap tegasnya itu menjadi kunci dalam kemenangannya pada pemilihan umum tahun 2016.
Lebih dari 18.000 kursi dipertaruhkan ketika pemilu yang diikuti oleh 61 juta pemilih dimulai kemarin pagi, termasuk untuk setengah dari kursi di Senat Majelis Tinggi seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Senin (13/5/2019).
Baca Juga
Akan tetapi bagi Duterte kunci kemenangannya adalah merebut kendali dari Senat yang berpikiran independen sambil menjaga Dewan Perwakilan Rakyat di tangan sekutunya.
Secara historis, 24 senator negara yang memiiki masa jabatan selama enam tahun, memiliki reputasi lebih mandiri daripada Majelis Rendah.
Memenangkan mayoritas Senat, sesuatu yang menurut survei nasional independen dapat dicapai, akan memberinya dukungan legislatif untuk program anti-kejahatan dan rencananya untuk mengamendemen konstitusi.