Bisnis.com, JAKARTA – Kelompok perdagangan industri Amerika Serikat (AS) memperingatkan kenaikan tarif impor barang-barang China yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump hari ini akan memiliki "konsekuensi yang mengerikan".
Konsekuensi ini diperkirakan merugikan produsen peralatan asal AS serta memperburuk prospek bagi petani dan profesi lainnya yang telah tertekan oleh harga komoditas yang lebih rendah.
Kip Eideberg, wakil presiden urusan pemerintah Asosiasi Produsen Peralatan AS mengatakan kenaikan tarif impor dapat berdampak pada turunnya ekspor dan menekan kenaikan lapangan kerja untuk industri sebanyak 400.000 selama 10 tahun ke depan.
“Kenaikan ini juga akan memicu China melakukan aksi balasan dan merugikan sejumlah bisnis, petani, masyarakat, dan keluarga di AS,” ungkap Kip, seperti dikutip Bloomberg.
Asosiasi Produsen Peralatan mewakili lebih dari 1.000 produsen peralatan untuk bidang pertanian, mesin, konstruksi, dan pertambangan di AS.
Kim mengatakan dengan produsen selama ini telah cukup tertekan oleh jatuhnya harga komoditas, tarif balasan China atas ekspor pertanian AS akan menambah dampak negatif pada produsen peralatan.
Baca Juga
Tepat tengah malam hari Jumat (10/5) waktu Washington (pukul 11.01 pagi WIB), pemerintah AS akhirnya merealisasikan kenaikan tarif sebesar 25 persen dari 10 persen terhadap barang-barang asal China senilai US$200 miliar.
Tarif baru itu dikenakan pada lebih dari 5.700 kategori produk yang berbeda asal China, mulai dari sayur-sayuran olahan hingga lampu Natal dan kursi tinggi untuk bayi.
Pemerintah China sendiri telah menegaskan tidak gentar dengan kenaikan tarif AS dan bersumpah untuk melakukan pembalasan denan mengambil langkah-langkah penanggulangan yang diperlukan jika kenaikan tarif direalisasi.
Kenaikan tarif tersebut tetap dilakukan meskipun pembicaraan perdagangan AS dengan China, yang dipimpin Wakil Perdana Menteri Liu He, akan dilanjutkan di Washington pada Jumat malam.
"Kami mendukung upaya presiden untuk mengatasi praktik perdagangan dan investasi yang tidak adil di China, yang mencegah produsen peralatan bersaing secara adil, tetapi kami tidak percaya bahwa tarif impor adalah pendekatan yang tepat," kata Kip dalam pernyataannya.