Bisnis.com, JAKARTA - Sekitar 10 juta warga Korea Utara atau 40% dari total populasi sangat membutuhkan bantuan makanan setelah panas dan kekeringan melumpuhkan panen tahun lalu.
Salah satu pemimpin misi PBB di Korea Utara Nicolas Bidault menuturkan, banyak keluarga bertahan hidup dengan diet beras dan kimchi yang monoton sepanjang tahun dengan makan sangat sedikit protein.
"Setiap pemotongan [bantuan] lebih lanjut untuk jatah makanan yang sudah minimal dapat mendorong mereka jauh ke dalam krisis kelaparan," katanya seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (4/5/2019).
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), negara ini hanya mengumpulkan sekitar 4,9 juta ton tanaman pangan tahun lalu, terendah paling tidak dalam satu dekade terakhir, setelah musim kering yang berkepanjangan dan bibit pertanian yang terbatas memangkas hasil panen.
Kerugian pascapanen juga diperkirakan meningkat karena kekurangan bahan bakar dan listrik yang mengganggu transportasi dan pemrosesan tanaman.
Korea Utara berada di bawah sanksi ekonomi di tengah tekanan agar Korea Utara membatalkan program dan senjata nuklir. Meskipun ada sejumlah kecil impor komersial yang direncanakan dan bantuan makanan, negara ini terlihat kekurangan sekitar 1,4 juta ton biji-bijian pada musim 2018-2019.
Sementara itu, sistem distribusi pemerintah telah memotong jatah warganya ke rekor terendah pada tahun ini.