Bisnis.com, JAKARTA - Palestina berencana menarik duta besarnya yang berkudukan di Brasilia, Brasil sebagai reaksi atas peresmian perwakilan dagang Brasil untuk Israel di kota suci Yerusalem. Negara yang tak kunjung mencecap kemerdekaan itu juga dibuat berang dengan kunjungan Presiden Brasil Jair Bolsonaro ke Tembok Ratapan didampingi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Tembok Ratapan, salah satu tempat suci penganut agama Yahudi, berada di sisi timur kota Yerusalem yang diduduki Israel pada Perang Timur Tengah 1967. Israel lalu mengklaim kedaulatan di kota itu secara sepihak dan menyebutnya sebagai Ibu Kota Israel.
Israel selalu menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibu kota abadi dan tak terpisahkan, sementara Palestina hanya menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan. Status kota tersebut sampai saat ini masih menjadi pengganjal usaha perdamaian kedua pihak.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump membuat langkah mengejutkan dengan mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel pada 2017. Pengakuan itu disusul dengan pemindahan kedutaan besar dari Tel Aviv ke Yerusalem pada Mei 2018.
Keputusan AS untuk mengakui status Yerusalem pun diikuti sejumlah negara, di antaranya adalah Brasil. Negara itu sempat berencana memindahkan kedutaan besar, namun merevisinya menjadi pembukaan misi perdagangan.
Tembok Ratapan di Yerusalem Timur merupakan sisa dinding Bait Suci yang dibangun oleh Raja Herodes. Bait Suci itu hancur ketika orang-orang Yahudi memberontak kepada kerajaan Romawi pada 70 masehi. Tembok sepanjang 60 meter ini berdekatan dengan Masjid Al-Aqsa, salah satu tempat suci umat muslim.
Baca Juga
Bolsonaro dalam kunjungan empat harinya ke Israel, menyempatkan diri berkunjung ke Tembok Ratapan. Ia bersama Netanyahu lalu menyandarkan kepala ke dinding tersebut dan menyelipkan kertas doa di sela-sela dindingnya sebagaiamana kebiasaan.
Rencana awal Bolsonaro untuk memindahkan kedutaan Brasil ke Yerusalem membuat marah komunitas muslim di dunia. Sejumlah pejabat senior Brasil bahkan memilih mengundurkan diri karena khawatir keputusan itu dapat mengancam hubungan dengan negara Arab dan membahayakan ekspor daging halal Brasil senilai miliaran dolar.
Juru bicara kepresidenan Otavio Rego Barros mengatakan pada hari Minggu bahwa misi perdagangan tidak akan menjadi perwakilan diplomatik, namun langkah itu tetap membuat marah rakyat Palestina.
Duta Besar Palestina di Brasilia Ibrahim Alzeban mengatakan kepada Reuters bahwa ia mungkin dipanggil kembali, meskipun rencana itu masih dalam pertimbangan.
"Dari apa yang saya terima, semua akan tergantung pada bagaimana kunjungan Bolsonaro berjalan," kata Alzeban. "Kami berharap bahwa isu Yerusalem tidak disentuh."
Alzeban mengatakan Palestina juga kecewa karena Bolsonaro tidak mempertimbangkan kunjungan ke wilayah Palestina dan tidak mengoordinasikan perjalanannya dengan pihak berwenang Palestina.
Sementara itu, Netanyahu mengatakan dia berharap kantor perdagangan Brazil di Jerusalem adalah langkah menuju pemindahan kedutaan ke Yerusalem.
"Tidak ada pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota," kata juru bicara kepresidenan Brasil, Barros.
"Presiden kami terus mengevaluasi kemungkinan ini [memindahkan kedutaan], tetapi bukan itu yang kami putuskan saat ini."