Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menanti Nasib PPP Setelah Sang Meteor Romahurmuziy Terjungkal

Suharso Monoarfa menyebut Romahurmuziy bagai meteor calon pemimpin masa depan dengan bobot, bibit, dan bebet yang kuat sebagai modal. Sayang, sang meteor itu akhirnya terjungkal.
Plt. Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa saat menghadiri pembukaan Mukernas III Dewan Pimpinan Pusat PPP di Bogor, Jawa Barat, Rabu (20/3/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Plt. Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa saat menghadiri pembukaan Mukernas III Dewan Pimpinan Pusat PPP di Bogor, Jawa Barat, Rabu (20/3/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Suharso Monoarfa saat pengukuhan dirinya sebagai Plt. Ketua Umum PPP menyebut Romahurmuziy bagai meteor calon pemimpin masa depan dengan bobot, bibit, dan bebet yang kuat sebagai modal. Sayang, sang meteor itu akhirnya terjungkal, tersandung korupsi dan terjaring OTT KPK.

Kini, di saat Pemilu 2019 hanya tinggal hitungan hari, Suharso Monoarfa harus menjadi nakhoda sementara parpol berlambang kakbah tersebut.

Penyelamatan PPP dan lolos parliamentary treshold agar tetap bertahan di Senayan menjadi tantangan terdekat dan paling mendesak. Lantas bagaimana nasib PPP dalam waktu dekat ini?

Pengamat politik dari Pusat Kajian Komunikasi dan Keindonesiaan Fahlesa Munabari mengingatkan saat ini lumbung suara PPP tergolong kecil. Itulah yang menjadi pekerjaan rumah pertama bagi Suharso.

"Sekitar 5% saja dari suara nasional," ujar Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Budi Luhur ini.

Fahlesa mengiyakan Rommy, nama populer Romahurmuziy, bisa menjadi kambing hitam jika akhirnya PPP terjungkal dan gagal bertahan di Senayan. "Begitu juga dulu dengan Suryadharma Ali," tambahnya.

Fahlesa menyebutkan bahwa tanpa kasus Rommy maupun SDA di masa lalu pangsa politik PPP memang kecil. Apalagi dengan adanya kasus penangkapan rommy. "Makin kecil lah PPP ini," tambahnya.

Lantas, masih mungkinkan PPP lolos ke Senayan?

Bagi Fahlesa, peluang itu masih ada meski tetap saja suara PPP akan tergerus.

Di sisi lain, PPP berbeda dengan parpol lain yang memiliki patron politik yang kuat.

"Demokrat ada SBY, Golkar kumpulan pejabat era Orba yang kaya, NasDem pecahan Golkar, PAN relatif masih punya patron, PPP siapa? PPP tidak punya patron yang kuat lagi," papar Fahlesa.

Di sisi lain, tambah Fahlesa, kalaupun ada, kecil sekali dampak pengaruhnya terhadap elektabilitas Jokowi.

Lantas apa yang harus dilakukan Suharso Monoarfa sebagai Plt. Ketua Umum PPP dalam waktu mepet sekarang ini?

Fahlesa menekankan satu kata : Konsolidasi.

Ia memperkirakan tekanan akan datang dari partai koalisi pendukung Jokowi yang lain agar PPP segera konsolidasi dan membantu memenangkan 01.

Di internal, Suharso pun masih harus menunggu respons dari kubu PPP Humphrey Djemat. Jika Humphrey Djemat bersedia islah, sesuai ajakan Suharso, persoalan menjadi lebih mudah. "Selama Humphrey mau dukung 01, islah bakal terjadi," ujarnya terkait pasangan calon presiden-cawapres nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf Amin.

Fahlesa tak memungkiri bahwa saat ini kubu Humphrey "main" di 02, di kubu Prabowo-Sandiaga Uno.

Namun ia meyakini bahwa politik selalu bisa bersifat cair. Fahlesa juga mempertanyakan keuntungan untuk menjadi oposisi. Padahal secara realistis partai perlu dihidupi.

Terkait kemungkinan Humphrey membawa gerbongnya ke 01 atau Suharso lompat ke 02, Fahlesa menegaskan tak mungkin bagi Suharso ke 02. Dasar pertimbangannya adalah kecenderungan kubu 01 akan memenangkan Pilpres 2019. Hal itu, ujar Fahlesa, bisa dilihat dari sejumlah hasil survei yang muncul. 

"Mau meningkat seperti apa pun elektabilitas 02, gak akan bisa ngejar petahana," ujar Fahlesa.

Fahlesa menyebutkan, jika realistis, Humphrey akan membawa gerbongnya merapat ke Suharso. Persoalannya hanya tinggal kompensasi apa yang akan diperoleh kubu Humphrey.

Menurut Fahlesa, jika Suharso berhasil merangkul Humprey dalam islah, maka hal ini akan menjadi daya tawar bagi PPP.

"Kalau berhasil meyakinkan Humphrey akan gabung, Suharso bisa naikkan daya tawar ke 01 ke depan, misalnya untuk mendapat tambahin kursi menteri atau posisi lainnya," ujar Fahlesa.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper