Kabar24.com, JAKARTA – Ketika semakin banyak negara menyetop layanan penerbangan pesawat Boeing 737 MAX, Kanada memilih mengambil langkah berbeda.
Pemerintah Kanada mengisyaratkan tidak akan terburu-buru melarang penerbangannya dan menunggu hasil penyelidikan atas kecelakaan fatal kedua yang melibatkan model pesawat ini pada Minggu (10/3/2019).
Dalam sebuah pernyataan kepada sesama anggota parlemen Partai Liberal pada Selasa malam (12/3/2019) waktu setempat, Menteri Transportasi Kanada Marc Garneau mengatakan masih terlalu dini untuk menentukan penyebab kecelakaan yang terjadi di Addis Ababa, Ethiopia tersebut.
Ia berpendapat seharusnya tidak ada yang berspekulasi mengenai apa yang telah terjadi. Garneau juga mengingatkan bahwa penyelidikan kecelakaan itu tengah berlangsung.
“Saya tidak akan ragu untuk mengambil tindakan yang diperlukan guna memastikan keselamatan penerbangan di seluruh negeri ini,” tegas Garneau, menurut salinan pernyataan yang diperoleh Bloomberg.
“Setiap keputusan akan didukung oleh fakta dan bukti ilmiah dengan prioritas tertinggi untuk memastikan keselamatan,” lanjutnya.
Garneau dijadwalkan akan memberikan pernyataan kepada awak media di Ottawa pada Rabu. Pesawat 737 MAX keluaran Boeing Co. digunakan oleh dua maskapai utama di negara itu, yakni Air Canada dan WestJet Airlines Ltd.
Saham kedua maskapai penerbangan tersebut turun pada Selasa (12/3), dengan Air Canada membatalkan dua penerbangan trans-Atlantik setelah pihak regulator Eropa menghentikan penggunaan pesawat tersebut.
Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa (EASA) pada Selasa menangguhkan operasi penerbangan pesawat model Boeing 737 MAX 8 dan Max 9 di Eropa, yang mulai berlaku pada Selasa pukul 19.00 GMT.
Saham Boeing Co. sendiri berakhir merosot 6,1% pada perdagangan Selasa sekaligus mencatat penurunan dua hari terbesarnya sejak Juni 2009.
Pesawat Boeing 737 MAX 8 tujuan Nairobi terhempas ke daratan akhir pekan kemarin, hanya sekitar enam menit setelah lepas landas dari bandara di Addis Ababa. Tidak ada yang selamat dalam peristiwa ini.
Jenis pesawat tersebut sama dengan tipe maskapai Lion Air JT610 yang jatuh di Indonesia pada 29 Oktober 2018, juga tak lama setelah lepas landas dari Jakarta, dan menewaskan total 189 penumpang dan awak di dalamnya.
Kecelakaan fatal kedua yang terjadi hanya dalam sekitar lima bulan itu mendorong sejumlah negara mengumumkan untuk menghentikan operasi pesawat jenis itu guna menghindari ancaman kerusakan pada mesin pesawat.
Di antara negara yang menghentikan operasinya adalah China, Inggris, Jerman, Prancis, Meksiko, Brazil, Argentina, Turki, Irlandia, Australia, Ethiopia, Afrika, Maroko, Mongolia, juga Indonesia.
Namun, senada dengan Kanada, regulator penerbangan AS Federal Aviation Administration (FAA) pada Selasa malam menegaskan bahwa pihaknya tidak melihat ada masalah keamanan dengan model pesawat Boeing itu.