Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat Bandung didorong membangun lagi budaya toleransi dan pluralisme di wilayah Jawa Barat dengan mengembalikan semangat nasionalisme dan patriotisme di dalam makna lagu Halo-Halo Bandung.
Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) AM Putut Prabantoro mengatakan, lagu yang ditulis Ismail Marzuki dalam bahasa Sunda pada awalnya tersebut, mampu menjadi pengingat dan sekaligus penyemangat masyarakat Bandung dalam menumbuhkan kembali patriotisme dan nasionalisme masyarakat Pasundan atau Jawa Barat.
“Lagu Sunda ini kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dalam masa pendudukan Jepang dengan maksud untuk mengikis pengaruh budaya Belanda," kata Putut yang juga Alumni Lemhannas PPSA XXI ini dari rilis diterima Bisnis, Sabtu (2/3/2019).
Hal itu disampaikannya dalam seminar bertajuk “Melalui Komsos Kita Pelihara Kemanunggalan TNI Dengan Rakyat Guna Meningkatkan Semangat Bela Negara” di Bandung, Jumat (1/3/2019).
Seminar ini dihadiri Kasgartap I / Jakarta Brigjen TNI Herianto Syahputra dan Kasgartap II / Bandung Marsma TNI Embu Agapitus.
Dalam seminar ini hadir sebagai pembicara Mayor CZI Asep Sugiarto dari Kogartap II/Bandung, Veronika Etty Sriwidayanti MM dari Disperindag Provinsi Jabar, Rusman dari Polda Jabar dan Kolonel Bastari R. sebagai Dosen Universitas Pertahanan.
Putut mengatakan, kata-kata “Bandung, Ibu Kota Periangan, Beta, Kau dan BUNG” adalah sarat makna jika dilihat dari konteks saat ini.
“Beta” adalah kata ganti orang untuk diri sendiri (saya) yang berasal dari daerah Indonesia Timur.
Sementara, “Kau” adalah sebutan untuk menyebut pihak kedua dari bahasa Indonesia atau Melayu. Dan, “Bung” adalah sebutan kehormatan untuk semua orang pada saat perjuangan tanpa mengenal diskriminasi ataupun latar belakang.
"Dan dalam sejarah, sapaan BUNG ternyata juga terkait dengan sapaan kepada orang lain secara terhormat sebagaimana kakak atau abang," ujarnya.
"Jika Jawa Barat terpapar sebagai daerah yang tingkat intoleransi atau radikalisasi paling tinggi di Indonesia, kondisi ini sangat bertentangan dengan semangat lagu Halo Bandung yang sarat dengan semangat perjuangan, semangat nasionalisme, semangat toleransi dan sangat mengakui keberadaan sebuah sejarah," tambah Putut.