Bisnis.com, JAKARTA - Ternyata cukup banyak lulusan Indonesia yang bekerja tidak sesuai dengan latar pendidikannya.
Data Indonesia Career Center Network (ICCN) 2017 menyebutkan lebih dari 71,7% orang bekerja tidak linier dengan pendidikannya dan lebih dari 87% pelajar dan mahasiswa tidak sesuai dengan minatnya ketika mengambil jurusan di sekolah maupun perkuliahan.
Kondisi ini kemudian menggugah CEO Aku Pintar, Luvianto Febri Handoko untuk menciptakan sebuah aplikasi yang dapat digunakan untuk menelusuri minat dan bakat siswa, yakni ‘Aku Pintar’.
Febri menyampaikan bahwa lahirnya aplikasi ini bermula dari pengalaman pribadinya. Dia mengaku ilmu yang telah didapat di bangku perkuliahan tidak sesuai dengan profesinya saat ini.
Febri menceritakan, saat SMA dirinya termakan dengan anggapan anak jurusan IPA keren dan menjanjikan. Sehingga akhirnya dia kuliah di jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan lulus tepat waktu dengan prestasi akademik maupun non akademik yang cukup baik.
"Namun kemudian saya berkata kepada diri saya sendiri, sepertinya saya tidak cocok menjadi seorang insinyur teknik kimia. Sehingga kemudian saya melanjutkan S2 saya di jurusan manajemen. Untuk keseharian, saya adalah seorang wirausaha di bidang teknologi informasi. Tiga hal ini, yaitu teknik kimia, manajemen, dan teknologi informasi merupakan hal yang berbeda,” ujar Febri, dikutip dari siaran pers Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jumat (8/2/2019).
Kondisi yang dialaminya ini, ternyata juga terjadi pada banyak orang. Hal inilah yang membuat Febri berusaha mencegah kejadian semacam ini berulang.
“Melalui aplikasi ‘Aku Pintar’, kami ingin menjawab sedini mungkin, para pelajar terutama SMA, SMK dan SMP untuk mulai memetakan dirinya agar ke depannya tidak salah jurusan,” katanya.
Direktur Pembinaan SMA Kemendikbud Purwadi Sutanto, mengapresiasi dan mendukung kehadiran aplikasi ini. Dia mengharapkan dengan adanya aplikasi ini dapat mengubah paradigma masyarakat mengenai penjurusan pendidikan.
“Saya melihat visi misi dari ‘Aku Pintar’ ini sangat luar biasa. Mereka membuat suatu aplikasi yang menginspirasi anak-anak kita terutama siswa SMP, SMA, dan SMK agar mengenal diri lebih awal tentang bakat dan minat mereka. Dengan demikian, mereka akan lebih terarah dan tahu apa yang harus mereka kerjakan di masa depan,” kata Purwanto pada peluncuran aplikasi Aku Pintar di Kantor Kemendikbud, Jakarta (7/2).
Lebih lanjut, Purwadi mengungkapkan, saat ini kecenderungannya masih banyak orang tua yang belum sadar akan minat dan bakat anak-anaknya.
“Mungkin ini bukan wahana satu-satunya di Indonesia, tapi ini merupakan suatu terobosan yang luar biasa dan saya mendukung sekali, terlebih lagi aplikasi ini gratis," ujar Purwadi.
Sementara itu, pemerhati pendidikan Yohana Elizabeth Hardjadinata menjelaskan bahwa siswa yang salah memilih jurusan kuliah akan berdampak pada ketidakmaksimalan dalam pekerjaan atau profesi yang akan digeluti.
Hal ini mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat berprestasi. Selain itu, kemampuan maupun keterampilan yang dimilikinya tidak berkembang dengan baik.
“Orang tua mempunyai peran penting dalam memberikan dukungan, mengetahui bakat dan minat anaknya dan memberikan bimbingan. Selain itu, kehadiran guru bimbingan konseling juga tidak kalah penting agar tidak terjadi lagi siswa yang salah jurusan,” kata Elizabeth.