Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wapres Jusuf Kalla: RI Menyatakan Keprihatinan atas Kasus Uighur

Wakil Presiden Jusuf Kalla  menyatakan sangat prihatin terhadap kasus yang terjadi warga muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, China.
Jusuf Kalla/Reuters-Beawiharta
Jusuf Kalla/Reuters-Beawiharta

Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Presiden Jusuf Kalla  menyatakan sangat prihatin terhadap kasus yang terjadi warga muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, China.

 “Pemerintah sangat prihatin dengan apabila hal-hal tersebut ada pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM) kalau itu terjadi walaupun pihak Cina selalu membantah tidak demikian, tetapi  kita prihatin,” ujarnya dalam keterangan resminya Kamis (20/12/2018).

Wapres manambahkan Menteri Luar Negeri  Retno Marsudi telah memanggil Duta Besar (Dubes) China di Jakarta untuk menyampaikan keprihatinan pemerintah akan hal itu.

“Sudah (Dubes China untuk Indonesia)  di panggil tanggal 17 (17/12/2018) yang lalu,” terangnya.

Selain itu, lanjut Wapres, Pemerintah  Indonesia juga telah  memerintahkan Dubes Indonesia di  Bejing untuk melihat keadaan yang sebenarnya terjadi dan segera melaporkannya ke Jakarta.

Wapres menegaskan pemerintah tetap dalam pendirian untuk penegakan HAM  kalau memang terjadi diskrimininasi.

“Ketentuan HAM secara internasional harus juga di taati oleh pihak cina tetapi semua menunggu laporan dari Dubes kita dan juga folow up daripada pemanggilan Dubes China oleh Menlu pada dua hari yang lalu,” tuturnya.

Untuk memperjelas kasusnya,  Wapres meminta Pemerintah China  melalui Dubesnya yang ada di Jakarta memberikan penjelasan secara terbuka kepada publik dan ormas-ormas Islam.

Lebih jauh Wapres mengingatkan bahwa kita harus membedakan antara perlakuan diskriminatif, kalau memang ini  terjadi, namun Indonesia pun pernah muncul radikalisme atau teror yang berasal dari 12 orang Uighur ikut perang di Poso membantu gerakan Santoso.

“Kita juga memahami seperti itu, prihatin juga bahwa agar di bedakan apa yang terjadi dengan radikalisme, bisa juga terjadi radikalisme malah radikalisme sampai ke Indonesia,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sutarno
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper