Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dituduh AS Langgar Perjanjian Nuklir, Rusia Minta Bukti

Rusia meminta bukti kepada AS atas tuduhan pelanggaran Perjanjian INF
Presiden AS Donald Trump (kiri) menerima bola sepak dari Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dalam konferensi pers bersama setelah keduanya bertemu membahas sejumlah isu di Helsinki, Finlandia, Senin (16/7)./Reuters-Grigoriy Dukor
Presiden AS Donald Trump (kiri) menerima bola sepak dari Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dalam konferensi pers bersama setelah keduanya bertemu membahas sejumlah isu di Helsinki, Finlandia, Senin (16/7)./Reuters-Grigoriy Dukor

Bisnis.com, JAKARTA - Rusia meminta Amerika Serikat menyediakan bukti yang memperkuat tuduhan yang menyebut bahwa Rusia telah melanggar Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) 1987.

Pasalnya, hingga kini AS tak kunjung menyediakan bukti yang memperlihatkan pelanggaran AS.

November lalu, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menarik diri dari Perjanjian INF.

Dia menilai Rusia telah berulang kali melanggar aturan tersebut melalui uji coba dan pengembangan rudal yang dilarang dalam perjanjian.

Dalam konferensi pers yang digelar di kediamannya di Jakarta, Selasa (18/12/2018), Duta Besar Rusia untuk Indonsia Lyudmila Vorobieva menegaskan bahwa Rusia menyangkal tudingan tersebut dan meminta Rusia menyediakan bukti pelanggaran yang dimaksud.

"Moscow telah berkali-kali menyangkal tuduhan tersebut. Dengan tanggung jawab yang masih kami pegang atas Perjanjian INF, kami menolak tuduhan atas pelanggaran yang disampaikan," lanjut Vorobieva.

Vorobieva mengungkapkan bahwa Washington telah berkali-kali melontarkan tuduhan tanpa menyediakan bukti, termasuk pada isu-isu lain seperti penyerangan dengan zat kimia yang terjadi di Inggris dan peristiwa jatuhnya pesawat Malaysia MH17.

Terkait tuduhan pelanggaran INF, Vorobieva mengungkapkan Rusia hanya meminta tiga bukti. Adapun bukti yang dimaksud harus mencakup nama rudal yang menjadi sumber tuduhan, tes terakhir atas rudal tersebut, dan data objektif yang memperlihatkan bahwa rudal Rusia melewati batas yang diatur dalam Perjanjian INF.

"Hanya dengan tiga syarat inilah Rusia akan mempertimbangkan analisis profesional terhadap situasi ini. Kami sudah lima tahun mendengar tuduhan tersebut dan memintanya selama lima tahun juga," sambung Vorobieva.

Perjanjian INF disepakati AS dan Rusia pada penghujung Perang Dingin, tapatnya pada 1987 . Perjanjian tersebut melarang AS maupun Rusia (saat itu Uni Soviet) untuk membangun rudal yang bisa menempuh jarak 500-5.500 kilometer.

Vorobieva menilai perjanjian tersebut sangat penting bukan hanya untuk Rusia dan AS, namun juga untuk keamanan dunia. Pengabaian terhadap Perjanjian INF akan berdampak pula pada negara lain dan berpotensi memunculkan perlombaan senjata.

"Kami berharap terus bisa mendiskusikan hal ini dengan AS dan Perjanjian INF dapat dipertahankan. Namun, kami lihat Washington tidak memberi sinyal positif," kata Vorobieva.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper