Bisnis.com, JAKARTA -- Situasi politik dan ekonomi di Venezuela turut mengerek inflasi negara Amerika Selatan itu hingga menembus 1.300.000% pada tahun fiskal yang berakhir pada November 2018.
Angka itu disampaikan oleh Majelis Nasional Venezuela, seperti dilansir Reuters, Senin (10/12/2018).
Besaran inflasi tersebut lebih tinggi dari proyeksi IMF yang sebesar 1.000.000% pada 2018. Untuk tahun depan, IMF memperkirakan angkanya bakal menyentuh 10.000.000%.
Dalam laporannya, Majelis Nasional mengumumkan inflasi bulanan tercatat sebesar 144% pada November 2018 atau sedikit lebih rendah dari kenaikan pada bulan sebelumnya yang mencapai 148% dan 233% pada September 2018.
Laporan yang disampaikan Majelis Nasional menjadi satu-satunya sumber data terkait inflasi sejak Pemerintah Venezuela berhenti merilis data ekonomi beberapa tahun lalu, tepatnya setelah harga minyak dunia anjlok. Negara ini memang merupakan salah satu produsen minyak yang cukup besar.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyalahkan Pemerintah AS dan kepentingan bisnis domestik atas tidak stabilnya situasi ekonomi negara tersebut. Namun, para kritikus menuding kebijakan pemerintah dan pencetakan uang yang berlebihan untuk menutup defisit fiskal sebagai penyebab hiperinflasi.
Pada akhir bulan lalu, Maduro telah menaikkan upah minimum hingga 150% menjadi 4.500 bolivar atau tidak sampai US$10 dalam kurs di pasar gelap. Ini bukan kenaikan yang pertama karena pemerintah setempat sudah meningkatkan upah minimum sebesar 60 kali lipat pada Agustus 2018.
Situasi Ekonomi Belum Stabil, Inflasi Venezuela Sentuh 1.300.000%
Besaran inflasi tersebut lebih tinggi dari proyeksi IMF yang sebesar 1.000.000% pada 2018. Untuk tahun depan, IMF memperkirakan angkanya bakal menyentuh 10.000.000%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium