Bisnis.com, JAKARTA - Penulis buku Indonesia, Islam, and Democracy sekaligus Staf Khusus Wakil Presiden, Azyumardi Azra, menilai politik identitas tidak akan populer dalam pemilihan umum mendatang.
"Contohnya adalah Aksi 212 beberapa waktu lalu, mereka menyuarakan jika Trump bisa menang dengan politik identitas, maka di Indonesia juga bisa. Namun saya rasa pengaruhnya tidak besar karena pimpinan mereka sendiri sudah terpecah menjadi beberapa faksi," kata Azra merujuk pada aksi yang terjadi beberapa waktu lalu dan dinilai sarat dengan muatan politik identitas.
Azyumardi menyatakan hal itu pada diskusi bertema Islam, Democracy, and Indonesian Identitiy, di Jakarta, Kamis (6/12/2018).
Azyumardi menambahkan bahwa gerakan seperti itu hanya diikuti oleh pendukung organisasi masyarakat tertentu dan tidak merepresentasikan mayoritas Muslim Indonesia.
"Saya optimistis kalau identitas politik tidak akan populer. Kenapa? Sejauh ini presiden yang berhasil mendaku kemenangan tidak menggunakan identitas politik. Saya rasa itu dilandasi nilai dasar Islam Nusantara," sambungnya.
Senada dengan Azyumardi, Mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Alwi Shihab mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia harus berpegang pada konsep Islam Nusantara.
Hal itu diperlukan untuk menangkal nilai-nilai Islam yang bertentangan dengan kehidupan masyarakat Indonesia.
"Saat ini banyak kelompok berlandaskan agama di Indonesia yang mengadopsi nilai-nilai dari kelompok ekstremis dan radikal dari Timur Tengah. Mereka beranggapan nilai tersebut yang ideal, padahal mereka menggunakan pesan-pesan kebencian untuk memperoleh kekuasaan. Indonesia bukan bagian dari nilai seperti itu," kata Alwi.