Bisnis.com, JAKARTA – Calon presiden Prabowo Subianto tiba-tiba menumpahkan keluh-kesahnya soal media massa yang memberitakan reuni 212 tidak objektif di hadapan peserta pada peringatan Hari Disabilitas Internasional di Jakarta.
Menurutnya, jamaah reuni 212 dihadiri belasan juta, bukan cuma ratusan ribu seperti yang diberitakan banyak media daring. Koran pun tidak semuanya menjadikan peristiwa tersebut sebagai halaman utama untuk berita keesokan harinya.
Peserta pemilihan presiden nomor urut 02 ini mengatakan bahwa ini membuat wartawan telah mengkhianati tugasnya sebagai penyampai berita. Bukan hanya itu, dia tidak akan menyebut mereka wartawan karena pemberitaan yang kurang bagus tersebut.
Usai acara, para wartawan mencoba cegat Prabowo untuk wawancara. Akan tetapi dia menolak. Berikut adalah gambaran keogahannya dan upaya pencari berita mendapatkan pernyataan.
Prabowo mengabaikan wartawan yang sudah menunggunya. Mereka mengejar mencoba wawancara, Berikut petikan pembicaraan Prabowo dengan para wartawan, Rabu (5/12/2018):
“Pak soal acara ini Pak. Sedikit saja, Pak.”
“Kamu TV mana?” tanya Prabowo.
“TVMu.”
“Halaah,” jelas Prabowo sambil berlalu.
“Soal acara Pak. Soal disabilitas Pak,” ucap wartawan lain.
“Untuk apa wawancara saya? Orang kemarin ada 11 juta kok dibilang tidak ada.”
“Siapa yang bilang Pak?
“TV One boleh TvVOne. Gimana TV One? Kamu dari mana?” tanya Prabowo ke wartawan lain setelah menerima dari reporter Tv One.
“Tempo, Pak.” Prabowo tertawa dan meladeni pertanyaan wartawan Tv One.
“Soal acara ini Pak?”
“Iya saya diundang oleh Komunitas Disabilitas Indonesia untuk memeringati Hari Disabilitas Internasional. Mereka bagian penting dari rakyat kita. Jadi ya kita memperhatikan mereka. Kita juga berjuang mereka bisa hidup dengan terhormat, hidup layak, dapat fasilitas yang memadai. Untuk itu kita berjuang agar kekayaan negara dikelola sebaik-baiknya supaya kita bisa bantu mereka. Karena semua bantuan kan perlu uang,” paparnya dan tiba-tiba menghentikan jawaban saat wartawan sudah mengerubungi Prabowo.
“Kalian ini ada banyak nih mau meliput?” Prabowo menunjuk wartawan yang ikut gabung dengan TV One.
“Sebentar dong, Pak. Terkait OPM, Pak sebentar. Boleh minta pendapat? Wah Pak, kalau Bapak begini, kita kan masih mau meliput ini, Pak. Bapak tidak berhak melarang. Ke acara 212 kami datang juga. Kami menulis juga,”sahut beberapa wartawan yang kekeh untuk mendapat komentar.
“Kau dari mana?”
“CNN [Indonesia], Pak,”
“Tapi kamu bilang hanya 30.000 orang yang hadir. CNN bilang gitu,”
“Kami [CNN] kan ke sana, Pak,”
“Ya, tapi redaksi kamu bilang tidak ada orang di situ. Hanya berapa puluh ribu. Itu kan tidak objektif. Tidak boleh dong. Kebebasan pers journalism itu harus objektif memberi tahu apa adanya,”
“Kami tulis perkiraan ada 11 juta orang di sana, Pak berdasarkan analisis dari imei dan HP,” sambar wartawan lain.
“Ada?”
“Ada. Bapak,”
“Di mana?”
“Di Tempo.co,”
“Di koran tidak ada kan?” tanya Prabowo sambil tertawa.
“Ya, kan sudah masuk grup, Pak,”
“Ya tapi harus ditegur itu. Kau harus tegur jangan tipu rakyat. Tidak baik. Kalau begitu nanti kalian akan ditinggal rakyat. Kaya saya sudah tidak mau kasih keterangan kepada media yang tidak jelas. Karena tidak akan disiarkan juga,”
“Sedikit dong, Pak,”
“Kau dari mana,”
“MNC TV, Pak,”
Prabowo tidak mengindahkan dan meladeni reporter TV One.
“Kalau yangg di papua gimana Pak?”
“Ya, apa yang mau saya jawab? Kan ada pihak yang berwenang. Tanya mereka. Saya di sini [Jakarta],”
“Pendekatan bagaimana?” tanya wartawan Tempo.
“Terima kasih semuanya ya,” Prabowo memasuki mobilnya.