Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Peringatkan China soal Kesepakatan Perdagangan

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan akan kembali mempertimbangkan tarif jika AS dan China tidak dapat menyelesaikan perbedaannya.
Presiden AS Donald Trump berinteraksi dengan Presiden China Xi Jinping di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, AS, 6 April 2017./.Reuters-Carlos Barria TPX
Presiden AS Donald Trump berinteraksi dengan Presiden China Xi Jinping di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, AS, 6 April 2017./.Reuters-Carlos Barria TPX

Kabar24.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengulurkan kemungkinan perpanjangan masa 'gencatan senjata' dengan China tetapi juga memperingatkan akan kembali mempertimbangkan tarif jika kedua belah pihak tidak dapat menyelesaikan perbedaannya.

Trump mengatakan tim penasihat perdagangannya yang dipimpin Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer akan menentukan apakah “kesepakatan NYATA” dengan pemerintah China itu adalah hal yang mungkin.

“Jika ya, kita akan menyelesaikannya. Tapi jika tidak ingatlah, I am a Tariff Man,” tulis Trump di akun Twitter-nya pada Selasa (4/12/2018), seakan menegaskan perannya dalam hal pengenaan tarif perdagangan.

Ancaman eskalasi perang perdagangan antara dua negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia tersebut telah membayangi pasar keuangan dan ekonomi global hampir sepanjang tahun ini.

Para pelaku pasar pada awalnya menyambut lega 'gencatan senjata' yang disepakati oleh Trump dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 akhir pekan lalu di ibu kota Argentina, Buenos Aires, dengan menunda pengenaan tarif baru selama periode 90 hari dan melanjutkan perundingan.

Namun, setelah membukukan penguatan pada perdagangan Senin (3/12), pasar kembali terpukul aksi jual pada Selasa (4/12) saat keraguan atas apa yang secara realistis bisa dicapai dalam negosiasi antara kedua negara itu menambah kekhawatiran tentang memudarnya pertumbuhan global.

Tiga indeks saham utama di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) pun kompak terpelanting lebih dari 3% pada perdagangan Selasa.

Trump tampaknya merespons salah satu kekhawatiran ini dengan mengindikasikan bahwa ia tidak akan berkeberatan untuk memperpanjang masa 'gencatan senjata' 90 hari.

“Negosiasi dengan Cina sudah dimulai. Kecuali diperpanjang, periode itu akan berakhir 90 hari mulai dari tanggal makan malam kami yang luar biasa dan hangat dengan Presiden Xi di Argentina,” cuit Trump.

Di sisi lain, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengakui keraguan investor atas hasil pembicaraan antara kedua negara.

“Pasar sedang mencoba untuk mencari tahu: 'Apakah akan ada kesepakatan nyata pada akhir masa 90 hari atau tidak?'" kata Mnuchin kepada Dewan CEO Wall Street Journal.

Namun, jelas Mnuchin, pertemuan di Buenos Aires menandai kemajuan signifikan, dengan menggambarkan negosiasi yang akan datang sebagai hal signifikan secara historis karena kedua pemimpin telah sepakat untuk menyelami sejumlah isu spesifik.

Kepada Fox News, penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, bahkan menyampaikan komentar bahwa masih terlalu dini untuk menjadi pesimistis terhadap proses yang terjadi selama masa 90 hari.

“Delegasi China yang menghadiri KTT G20 pergi ke Panama setelah Buenos Aires dan belum kembali ke China. Mari kita beri waktu,” tutur Navarro.

Trump dan Xi Jinping sepakat akan menunda penerapan tarif tambahan selama 90 hari mulai 1 Desember ketika mereka berupaya menyelesaikan konflik perdagangan yang telah berdampak pada barang-barang masing-masing negara.

Trump telah mengatakan China seharusnya mulai segera membeli produk-produk pertanian dan memotong tarif 40% pada impor mobil AS.

Kendati Trump memuji perjanjiannya dengan Xi Jinping sebagai "kesepakatan yang luar biasa," kurangnya detail dari pihak China telah membuat investor dan analis meragukan antusiasme Trump.

“Rasanya tidak ada yang benar-benar disetujui dalam makan malam itu [di Argentina] dan para pejabat Gedung Putih menyulitkan diri sendiri untuk menyesuaikan cuitan-cuitan Trump dengan kenyataan,” papar JPMorgan Chase dalam risetnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper