Bisnis.com, JAKARTA— Militer Amerika Serikat (AS) meningkatkan keamanan di perbatasan dengan memasang kawat berduri pada Selasa (13/11/2018) seiring makin dekatnya rombongan ratusan migran asal Amerika Tengah ke perbatasan AS-Meksiko.
Sumber dari Reuters menyebutkan sekitar 400 migran yang memisahkan diri dari rombongan utama di Mexico City tiba di kota perbatasan Tijuana pada Selasa dengan bus. Organisasi hak asasi manusia (HAM) juga mengatakan rombongan lebih besar diperkirakan akan tiba beberapa hari lagi.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan ia akan mengunjungi perbatasan pada Rabu (14/11/2018). Rencana kunjungan itu adalah yang pertama sejak militer AS mengumumkan pengiriman 7.000 pasukan ke perbatasan.
Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) dalam sebuah pernyataan resmi mengumumkan bahwa mereka akan menutup jalur penyebrangan yang menghubungan distrik San Ysidro dan Otay Mesa dengan dengan Tijuana supaya Departemen Pertahanan bisa memasang kawat berduri dan memposisikan barikade. Tijuana merupakan kota di Meksiko yang berbatasan langsung dengan AS, berjarak 38 km dari San Diego, California.
"CBP sudah mengantisipasi kedatangan para migran menuju perbatasan AS," kata direktur operasi lapangan CBP Pete Flores. Ia juga menyatakan pemasangan barikade digunakan untuk mengantisipasi risiko keamanan dan keselamatan.
Pemerintahan Donald Trump telah mengambil sikap tegas dalam menyikapi para migran Amerika Tengah yang memulai perjalanan menuju perbatasan pada 13 Oktober. Jumat pekan lalu, Trump mengeluarkan kebijakan untuk membekukan jaminan status pencari suaka bagi migran yang masuk ke kawasan AS secara ilegal, langkah ini dipastikan akan memperlambat izin masuk di imigrasi.
Kendati demikian, para migran yang berencana mencari suaka mengatakan mereka tidak terpengaruh kebijakan itu.
"Saya lebih memilih ditahan di AS daripada harus kembali ke negara asal saya, di mana saya akan dibunuh karena berbeda," kata Nelvin Mejía, seorang perempuan transgender yang tiba di Tijuana Senin kemarin bersama 70 orang pencari suaka lainnya.
"Bulan lalu mereka membunuh pasangan saya, saya tidak tidak ingin berakhir seperti itu," lanjutnya sebagaimana dilansir Reuters.
Selama bertahun-tahun, ribuan imigran Amerika Tengah telah melakukan perjalanan panjang melalui Amerika Tengah dan Meksiko untuk mencapai Amerika Serikat. Banyak dari mereka mati dalam perjalanan atau diculik oleh organisasi kriminal. Sementara itu, ribuan lebih migran yang tergabung dalam tiga rombongan saat ini tengah melakukan perjalanan menuju perbatasan.