Bisnis.com, JAKARTA - Calon wakil presiden pasangan nomor urut 02, Sandiaga Uno, mengatakan Indonesia harus berfokus pada kondisi ekonomi internal dan tidak perlu terlalu berfokus pada kondisi eksternal dan global.
Dikatakan, bahwa saat ini Indonesia sedang memasuki 'awan pekat turbulensi ekonomi'. Kondisi ini dipicu oleh langkah The Fed yang masih akan menaikkan suku bunga acuan serta sentimen perang dagang di tingkat global.
Menurutnya, kondisi eksternal seperti itu tidaklah dapat dikontrol oleh pemerintah. Semestinya, lanjut dia, pemerintah berfokus membenahi kondisi interanal dengan menyetop impor dan mempersingkat perizinan untuk mendorong ekspor.
“Pangkas impor yang bisa ditunda, ekspor digenjot, ayok digenjot, setuju enggak? Saya lihat kemarin beberapa produk mengalami kendala biokrasi lah, kendala perizinan dan sebagainya. Jadi itu untuk membenahi ekonomi kita dorong ekspor, ciptakan lapangan kerja seluas-luasnya, tekan impor, stabilitas yang terjangkau di masyarakat,” jelasnya, Sabtu (13/10/2018).
Selain itu, pemerintah juga memastikan kenaikan harga bahan bakar minyak non-subsidi tidak menjadi beban tambahan bagi masyarakat.
“Itu saja yang menurut saya yang harus dilakukan. Karena yang diluar negeri itu kita enggak bisa kontrol,” tegasnya.
Dia juga sedikit menyinggung pidato Presiden Joko Widodo pada pembukaan Annual Meetings IMF-World Bank Group di Bali dengan menganalogikan kondisi ekonomi global layaknya perebutan takhta dalam serial televisi Game of Thrones.
Sandiaga menilai, pesan Jokowi pada kesempata tersebut adalah sebuah imbauan kepada para pelaku ekonomi global untuk tidak melakukan perang dagang. Namun, sekali lagi, hal itu menurutnya adalah hal yang diluar jangkauan Pemerintah.
“Menurut saya, apa yang disampaikan Pak Jokowi itu sah saja, tapi itu lebih mengarah kepada mencoba memberikan satu pesan kepada eksternal bahwa jangan melakukan perang dagang. Tapi menurut saya itu di luar kontrol Indonesia, sangat tidak bisa kita kontrol. Jadi, imbauan itu boleh saja, tapi kita tidak akan bisa mengontrol itu.”
Sandi mengatakan, bersama pasangan Prabowo Subianto keduanya akan menawarkan sebuah gagasan pengembangan ekonomi yang berbeda dari pemerintah saat ini. Pemerintahan Prabowo, lanjutnya, akan berfokus mendorong pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk dorong mendorong ekspor.
Menurutnya, permasalahan ekspor yang lemah dan derasnya aliran impor ke dalam negeri sudah mengakar sebelum era pemerintahan Jokowi.
Dia menyampaikan, hal ini menjadi auto kritik kepada seluruh elit politik di negeri ini, bahwa Indonesia harus mengubah cara pikirnya dan berfokus mengembangkan kekuatan internal yang belum tergarap maksimal, seperti industri pengolahan.
“Coba cek kilang yang ada di Indonesia itu bagaimana kita bisa tingkatkan industri pengolahan, baik kilang CPO [crude palm oil], maupun yang petro kimia dan sebagainya. Kita bangkitkan sehingga impor bisa kita kurangi,” tambah Sandi.