Bisnis.com, JAKARTA – Tewasnya Katibah Nusantara kelompok teroris ISIS Bahrun Naim dan Abu Ghaida dalam operasi militer Amerika Serikat di Afganistan baru-baru ini bakal mengurangi pengaruh ISIS di Indonesia.
Pengamat terorisme dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Roby Sugara mengatakan Bahrun Naim dan Abu Ghaida memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kelompok teror Jamaah Ansharut Daullah (JAD) dan ISIS Indonesia.
Menurutnya, informasi kematian kedua pimpinan ISIS Indonesia itu dapat mengurangi ketergantungan para teroris untuk melakukan aksi teror di Indonesia.
"Informasi ini mengurangi pengaruh ISIS dan kelompok teroris lain yang terafiliasi ISIS di Indonesia. Bisa melemahkan semua kelompok teroris di Tanah Air," tuturnya, Senin (10/9/2018).
Bahrun Naim diduga adalah dalang aksi teror bom Thamrin, Jakarta Pusat, pada Januari 2016. Pimpinan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) ini merupakan perekrut sejumlah teroris dari Indonesia. Pada 4 Desember 2017, Polri menyelidiki kabar yang beredar tentang petinggi organisasi teroris ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim tewas. Untuk mengklarifikasi kabar tersebut, Polri berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri, Atase Kepolisian di Turki dan Interpol. |
Dia mengakui informasi mengenai tewasnya Bahrun Naim saat melakukan aksi jihad sudah beberapa kali tersiar di seluruh dunia, meskipun belum ditemukan jenazah Bahrun Naim.
Menurut Roby, Pemerintah Indonesia akan sangat sulit mengidentifikasi jenazah Bahrun Naim karena tidak ada militer Indonesia yang berkoalisi dengan Amerika Serikat di medan perang untuk melihat langsung jenazah Bahrun Naim.
Baca Juga
Foto:Bisnis/Reuters/Istimewa
"Kecuali kalau ada pasukan Indonesia di sana, baru kita bisa identifikasi jenazah Bahrun Naim langsung. Saat ini, kita hanya bisa mengandalkan informasi yang dikirimkan Pemerintah AS atau Rusia tentang tewasnya Bahrun Naim," katanya.
Roby berpandangan alasan Pemerintah Amerika Serikat tidak mengembalikan jenazah Bahrun Naim ke Tanah Air karena jenazah itu akan ditafsirkan berbagai macam oleh pendukungnya di Indonesia.
Dia mencontohkan seperti kasus Osama bin Laden beberapa tahun silam, Pemerintah Amerika Serikat tidak mengembalikan jenazah pimpinan Al-Qaeda itu karena dikhawatirkan akan dijadikan motiviasi para pelaku teror untuk memperkuat serangannya.
"Jenazah itu kan kalau dikembalikan akan dibekukan dulu sebelum dipulangkan. Kemudian saat tiba di kediamannya, jenazah itu akan segar kembali dan wangi, kemudian hal itu akan ditafsirkan yang aneh-aneh oleh pendukung di negara asalnya," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan (Menhan)Indonesia Ryamizard Ryacudu mengucapkan terima kasih kepada Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis di Pentagon Washington DC atas operasi militer Amerika Serikat di Afganistan yang diklaim telah menewaskan Bahrun Naim dan Abu Ghaida.
Ryamizard berharap kesamaan visi memberantas tindak pidana terorisme Indonesia dan Amerika Serikat dapat menjadi landasan agar kedua negara itu dapat meningkatkan hubungan kerja sama di bidang Pertahanan.