Bisnis.com, BOGOR -- Presiden Joko Widodo menanggapi tudingan sejumlah pihak bahwa dirinya adalah antek asing yang tersebar di sejumlah media, terutama media sosial.
Pernyataan itu disampaikannya ketika menyampaikan kata sambutan dalam acara Pembukaan Pendidikan Kader Ulama XII yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar), Rabu (8/8/2018).
Presiden mengatakan baru kali ini dirinya menjawab tudingan-tudingan yang disebar dan dipercaya oleh sebagian masyarakat tersebut. Terhadap tudingan-tudingan tersebut, dia menyebutkan sejumlah contoh yang menunjukkan bahwa itu tidak benar.
Contoh tersebut antara lain pengelolaan Blok Mahakam, Blok Rokan dan negosiasi kepemilikan saham PT Freeport Indonesia.
Blok Mahakam, ujar Jokowi, sebelumnya dikelola oleh perusahaan Jepang. Seperti diketahui, salah satu ladang minyak dan gas bumi terbesar itu sebelumnya dikelola oleh perusahaan Jepang, Inpex, dan perusahaan Perancis, Total E&P Indonesie.
"Sekarang 100% kita berikan kepada PT Pertamina (Persero)," tegasnya.
Selain Blok Mahakam, Kepala Negara juga menyebut contoh Blok Rokan yang dulu dikelola oleh perusahaan asal AS. Pengelolaan blok minyak dan gas itu pun akan diserahkan kepada Pertamina.
Di samping blok energi, Jokowi juga menyebut proses negosiasi yang dilakukan oleh pemerintah terkait kepemilikan saham perusahaan tambang emas yang beroperasi di Papua, Freeport Indonesia. Menurutnya, selama 40 tahun, Indonesia hanya memiliki 9,36% saham di perusahaan itu.
"[Selama itu] Semua diam saja, tidak ada yang bersuara," ujar Presiden.
Dia membandingkan situasi itu dengan 3,5 tahun pemerintahan yang dipimpinnya di mana pemerintah menandatangani Head of Agreement (HoA) dengan Freeport, sebagai bagian usaha mengambil alih 51% saham perusahaan tersebut. Negosiasi itu diklaim berjalan sangat alot.
Jokowi juga meminta agar para menteri tidak mundur walaupun porsi saham sempat ditawar hanya 30%, bukan 51%. Saat ini, pemerintah berupaya mengambil alih 51% saham Freeport Indonesia melalui PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero).
Dengan berbagai perkembangan tersebut, Presiden heran dirinya disebut sebagai antek asing.
"Kayak begitu kok antek asing," tuturnya.