Bisnis.com, JAKARTA--Satu hal baru pada pelaksanaan haji tahun ini adalah terbitnya Kartu Kesehatan Jemaah Haji. KKJH hadir menggantikan Buku Kesehatan Jemaah Haji. KKJH telah diuji coba tahun lalu untuk wilayah Jawa Barat, dan terbukti efektif.
Sebelum ada KKJH, jemaah dibekali Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH). Hasil resume kesehatan jemaah ditulis dalam BKJH. Buku dipegang oleh masing-masing jemaah, sehingga yang tahu soal penyakitnya hanya dia seorang.
Kepala Bidang Kesehatan Haji Arab Saudi Melzan Dharmayuli mengatakan KKJH lebih efisien karena datanya di-entry ke dalam Sistem Informasi Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes) yang bisa diakses di manapun. KKJH dilengkapi QR Code dan barcode, sehingga ketika di-scan dengan aplikasi siskohat mobile maka datanya dapat dilihat di manapun dan kapan pun.
"Jemaah pun dapat tahu bagaimana riwayat pemeriksaan mereka sehingga mereka lebih sadar di awal dan menjaga perilaku hidup bersih dan sehatnya," tutur Melzan dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Kamis (26/7/2018).
Jemaah juga bisa melihat status kesehatannya di aplikasi siskohat mobile dengan melakukan pemindaian atau scan. Mereka tidak perlu repot-repot membawa buku. Sedangkan untuk petugas, adanya KKJH membuat mereka bisa mengakses kondisi kesehatan jemaah haji yang berbeda.
"Misalnya TKHI kloter dari Surabaya bisa memberikan pelayanan untuk kloter dari Lombok. Petugas selanjutnya bisa entry langsung sehingga lebih fleksibel dan efisien dan lebih praktis," jelas Melzan.
Baca Juga
Di KKJH juga ada ICV atau sertifikat suntik meningitis yang dilengkapi nama, jenis kelamin, kebangsaan. ICV ini akan dilegalisasi oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan.
ICV merupakan syarat mutlak dari pemerintah Arab Saudi bagi warga negara lain yang akan masul ke wilayah negara itu. Tujuannya adalah untuk melindungi jemaah dari tertular meningitis.
Kelebihan KKJH lainnya, kartu ini sudah terintegrasi antara kartu kesehatan jemaah haji Indonesia dan Siskohatkes.
"Data siskohatkes menjadi penting untuk kami, tim kesehatan yang ada di lapangan dalam menentukan bentuk penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan jemaah," terang Koordinator Lapangan dari Tim Promotif Preventif dr. Ikhsan, di Madinah.
Menurut Ikhsan, data tersebut dapat digunakan sebagai bahan materi yang akan diolah menjadi pesan kesehatan untuk jemaah. Data Siskohatkes juga dapat digunakan oleh tim kesehatan lainnya seperti PPIH dan TKHI.