Bisnis.com, JAKARTA – Salah satu pemimpin utama China yang pengaruhnya sangat diharapkan di dalam perang dagang dengan AS ternyata tidak terdengar kiprahnya oleh publik.
Wakil Presiden China Wang Qishan dikenal oleh lingkup Pemerintahan China sebagai “pejuang” untuk peran utamanya di dalam memerangi isu seperti korupsi dan masalah keuangan domestik.
Ketika menjabat sebagai wakil PM, Wang juga telah berpengalaman melakukan perundingan dengan AS—memimpin pembicaraan ekonomi tahunan dengan Washington.
Alhasil, langkah Wang sejatinya telah dinanti oleh diplomat untuk segera mengambil posisi untuk menghadapi Pemerintahan Trump ketika diangkat sebagai wakil predisen.
Harapan tersebut telah semakin diperkuat ketika penunjukannya pada Maret. Kala itu, dia mengadakan pertemuan pribadi dengan ambasador China untuk AS Terry Branstad, dan dengan mantan penasihat Trump, Steven Bannon.
Selain itu, menurut sumber di komunitas bisnis AS, Wang juga mengadakan pertemuan tertutup dengan pejabat eksekutif AS selama beberapa bulan.
Namun, di balik pertemuan dengan pengunjung dari AS—terakhir pada pertengahan Mei ketika pejabat eksekutif dan pebisnis AS datang ke Beijing—dan tampilan anehnya di beberapa tempat, Wang tidak terlalu banyak tampil.
Beberapa pekan terakhir misalnya, satu-satunya berita kemunculan Wang hanyalah ketika dia bertemu dengan Menlu Bangladesh dan ketika dia ditunjuk untuk menjadi presiden sementara Chinese Red Cross.
Bagi beberapa pengamat China, abstainnya Wang dari perselisihan dagang ini bukanlah berita baik kendati Trump tetap menganggap Presiden China Xi Jinping sebagai teman dekat.
Jika nantinya ada terobosan di dalam pembicaraan perdagangan, mereka ingin Wang menempati posisi yang lebih menonjol.
“Wang Qishan baru akan yakin jika ada jaminan kesepakatan bakal tercapai dan mengikat,” kata Scott Kennedy, Deputy Director of the Freeman Chair in China Studies di Center for Strategic and International Studies di Washington, seperti dikutip Reuters, Senin (9/7/2018).