Mirip Pilgub DKI Jakarta
Dukungan parpol memang berpengaruh, akan tetapi isu dan gaya kampanye sang calon juga tak kalah penting.
Selama kampanye, Eramas menunjukkan citra Islam untuk menggaet pemilih di kalangan Islam yang merupakan 66,09% dari komposisi penduduk Sumut dengan perbandingan 30,01% gabungan Kristen dan Katolik. Kalau hal ini memang menjadi salah satu faktor penentu pilihan, maka Sihar sebagai penganut Kristen tentu tidak bisa berbuat banyak.
Edy-Musa, misalnya, mempunyai program gerakan salat subuh berjamaah dan gerakan itu diteruskan menjelang hari pencoblosan.
Diakui atau tidak, pola kampanye tersebut mirip dengan Pilkada DKI Jakarta 2017. Ketika menjelang hari tenang, Anies Baswedan hadir dalam salat subuh berjamaah berjuluk "Aksi 112" yang diorganisasi Forum Umat Islam (FUI).
Isu paslon "muslim-muslim" untuk pasangan Eramas tidak bisa dibendung, karena penyebutan nama pasangan itu tidak melanggar hukum meski berbau SARA.
Djarot-Sihar sebenarnya juga memiliki jurus untuk bertahan dan melakukan serangan balik meski diterjang isu terkait agama. Akan tetapi, hal itu tidak banyak membantu. Apalagi kemudian isu pribumi Sumut juga dimunculkan oleh Eramas.