Kabar24.com, MANILA -- Militer Filipina melaporkan pasukannya kembali bentrok dengan sisa-sisa anggota kelompok militan pro-ISIS yang tahun lalu menyandera sebuah kota di selatan Filipina selama 5 bulan, pada Senin (18/6/2018).
Dilansir melalui Reuters, Kolonel Romeo Brawner, Wakil Komandan Satuan Tugas Gabungan Marawi, mengatakan pasukan keamanan melakukan serangan udara dan darat di provinsi Lanao del Sur pada Minggu (17/6/2018) dalam upaya untuk menyingkirkan pemberontak Maute dan pemimpin baru kelompok tersebut.
Brawner mengatakan dia tidak bisa memastikan apakah ada korban dari operasi militer di dua kota dekat Marawi City, yang sekarang sedang menjalani proses rehabilitasi di mana beberapa warga sudah kembali ke rumah mereka.
Militer menargetkan serangan terhadap Abu Dar, yang menurut pemerintah adalah "emir" baru ISIS di Asia Tenggara.
Namun, informasi perihal ISIS telah merekrut Dar sebagai pemimpin baru di wilayah tersebut belum dapat diverifikasi.
Gerilyawan yang terinspirasi oleh ISIS menyerang sejumlah bagian dari kota selatan Marawi pada Mei 2017, hal tersebut meningkatkan kekhawatiran tentang pengaruh kelompok ekstrimis di Asia Tenggara.
Militer Filipina mengakhiri operasi tempur setelah merebut kendali di Marawi selatan dan telah mengalihkan fokusnya ke area lain di pulau tempat para militan pro-Islam lainnya beroperasi.
Pengepungan Marawi merupakan pertempuran terbesar di Filipina sejak Perang Dunia II, menyebabkan sekitar 350.000 penduduk kehilangan tempat tinggal dan lebih dari 1.100 orang terbunuh yang kebanyakan adalah militan.
Para ahli militer dan keamanan mengatakan militan yang melarikan diri dari Marawi merekrut pejuang dengan menggunakan uang tunai, emas, dan perhiasan senilai puluhan juta dolar.