Bisnis.com, JAKARTA – Daimler AG dikabarkan akan memisahkan unit bisnis truk dan mobil penumpang. Namun, perusahaan menyatakan rencana itu tidak akan terburu-buru dan baru memungkinkan jika para pemegang saham mendukung.
Martin Daum, CEO Unit Truk Daimler, menyatakan sebenarnya permasalahan tidak berada di tingkat manajerial, namun lebih kepada para pemegang saham.
“[Tentang] apa yang mereka ingin lakukan. Jika kita tidak butuh uang, mengapa harus memisahkan unit yang telah sangat sukses?” ujarnya seperti dikutip Bloomberg, Kamis (7/6/2018).
CEO perusahaan pembuat truk terbesar di dunia itu terkesan ‘hangat-hangat kuku’ saat menilai prospek untuk go public ketimbang kompetitornya Volkswagen AG.
Adapun Volkswagen semakin mempercepat persiapan agar unit truknya dapat menjual saham atau obligasi setelah membeli saham Lisle, Navistar International Corp. yang berbasis di Illinois, dua tahun lalu.
Sejauh ini, para eksekutif Daimler telah memberikan kemungkinan spin-off sebagian unit truknya. Langkah tersebut diambil di tengah-tengah meningkatnya tekanan dari investor yang mengatakan bahwa nilai bisnis truk tersebut tidak mencerminkan harga saham manufaktur di Jerman.
Baca Juga
Sementara itu, saham Daimler turun 12% pada tahun ini kendati penjualan mobil mewah Mercedes-Benz menyentuh rekor tertingginya. Begitu juga saham Volkswagen AG juga turun 2,1%.
Adapun unit pemeriksa (overhaul) terbesar milik perusahaan yang berbasis di Stutgart, Jerman, selama lebih dari satu dekade ini telah menjamin operasional mobil dan truk agar lebih mandiri.
Overhaul diharapkan dapat memberikan jalan untuk melakukan spin-off dan kesepakatan lainnya seiring tantangan pergeseran otomotif yang dihadapi perusahaan, yaitu hadirnya mobil swakemudi dan mobil listrik.
Namun, Daum membantah bahwa Daimler perlu menjual saham unit truknya untuk membayar industri overhaul perusahaan.
“Saya cukup percaya diri bisa menanganinya dengan profit kami saat ini,” ujarnya.