Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China dan Jerman Pererat Hubungan Dagang dan Politik

Perbedaan ideologi negara tidak menghambat hubungan dagang antarnegara. China dan Jerman, kini, menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dan saling mendukung persatuan dan kemakmuran.
Kanselir Jerman, Angela Merkel di Balai Besar Rakyat China di Beijing, dan Perdana Menteri China Li Keqiang/Reuters
Kanselir Jerman, Angela Merkel di Balai Besar Rakyat China di Beijing, dan Perdana Menteri China Li Keqiang/Reuters

Bisnis.com, BEIJING - Perbedaan ideologi negara tidak menghambat hubungan dagang antarnegara. China dan Jerman, kini, menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dan saling mendukung persatuan dan kemakmuran.

Dalam jumpa pers Kamis (23/5/2018) di Balai Besar Rakyat China di Beijing, China, hal itu terlihat jelas. Kanselir Jerman, Angela Merkel mengatakan investasi China di Jerman dalam rangka dan menguntungkan Jerman.

Kanselir Jerman Angela Merkel itu kini berada di China dalam kunjungan kerja selama dua hari ke China.

China dan Jerman Pererat Hubungan Dagang dan Politik

Foto:Reuters

Perdana Menteri China Li Keqiang, pun mengatakan hal yang tidak jauh berbeda. "China selalu mendukung Eropa yang bersatu dan makmur, China dan Jerman menjunjung perdagangan bebas," kata Li pada jumpa pers bersama itu. Ada potensi besar untuk kerjasama antara China dan Jerman.

Li Keqiang mengatakan China berharap untuk berbicara tentang kasus-kasus hak asasi manusia atas dasar yang sama dengan Jerman saat kunjungan Kanselir Jerman Angela Merkel ke ibukota China.

Li membuat komentar dalam briefing bersama di Beijing setelah kedua pemimpin ditanya tentang Liu Xia, janda pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Liu Xiaobo.

"Liu Xia telah berada di bawah tahanan rumah yang efektif sejak suaminya meninggal karena kanker hati di tahanan China pada Juli tahun lalu," demikian menurut diplomat Barat yang berbasis di Beijing.

Merkel juga mengatakan  China dan Jerman berdiri dalam  kesepakatan nuklir yang ada dengan Iran setelah Amerika Serikat meninggalkan kesepakatan 2015 awal bulan ini.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper