Bisnis.com, JAKARTA -- Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan Presiden AS Donald Trump bersedia mundur dari rencana pertemuan dengan Korea Utara.
Kepada Fox News, seperti dilansir Reuters, Selasa (22/5/2018), Pence meminta Korea Utara (Korut) untuk tidak coba-coba mendapatkan pengakuan dari AS untuk janji yang tidak bisa ditepatinya sendiri.
"Akan menjadi kesalahan besar bagi Kim Jong Un untuk berpikir bahwa dia bisa mempermainkan Donald Trump," ujarnya.
Adapun BBC melansir bahwa Pence menyatakan tidak ada keraguan jika Trump bersedia mundur dari pertemuan yang dijadwalkan digelar pada 12 Juni 2018 di Singapura itu.
"Saya rasa Presiden Trump tidak berpikir tentang public relations, dia berpikir tentang perdamaian," tuturnya.
Korut sebelumnya mengumumkan akan mempertimbangkan untuk mundur dari pertemuan dengan AS jika Negeri Paman Sam memaksa mereka melakukan denuklirisasi gaya Libya, seperti yang disarankan oleh penasihat keamanan nasional AS John Bolton.
Denuklirisasi gaya Libya mengacu pada perjanjian nuklir damai antara AS dan Libya pada awal 2000. Ketika itu, pemimpin Libya Muammar Khadafi setuju untuk menghancurkan program pengembangan nuklirnya sesuai dengan permintaan AS.
Meski langkah itu menuai pujian dari negara-negara Barat, tapi negara-negara Arab justru mengritiknya. Pasalnya, langkah tersebut dinilai terburu-buru dan malah akan melemahkan posisi negara-negara Arab terutama menghadapi Israel yang juga memiliki nuklir.
Khadafi disebut sempat menahan sebagian bahan baku pengembangan nuklirnya untuk dijadikan kekuatan tawar dengan negara-negara Barat, termasuk AS. Hal ini juga dimanfaatkannya sebagai posisi tawar ketika NATO melakukan intervensi militer di negara itu pada 2011.