Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga yang melakukan serangan bunuh diri terhadap tiga gereja di Surabaya, Indonesia, Minggu (13/5/2018) itu terkait dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), kelompok jihad yang mendukung ISIS, menurut pejabat Jakarta.
ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, yang disebutnya "serangan syahid," di pantai timur Pulau Jawa, tetapi tidak memberikan bukti untuk membuktikan klaimnya.
Departemen Luar Negeri AS menetapkan JAD sebagai organisasi teroris tahun lalu, menggambarkannya sebagai kelompok payung yang dibentuk pada 2015 dan terdiri dari hampir dua lusin ekstremis Indonesia yang berjanji setia kepada pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.
"Keluarga pelaku bom bunuh diri menyerang tiga gereja di Indonesia, menewaskan tujuh orang," kata polisi.
Aman Abdurahman/ANTARA
Baca Juga
"Kelompok ini tak lepas dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang merupakan pendukung utama ISIS di Indonesia yang dipimpin oleh Aman Abdurahman," kata Kapolri Tito Karnavian, seperti dikutip dari Antara.
Untuk motifnya, Tito mengemukakan, saat ini ISIS tengah ditekan dan dalam keadaan terpojok. Dalam tekanan itu, ISIS memerintahkan jaringannya menyerang di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Di Indonesia, kata Tito, JAD ini didirikan oleh Aman Abdurahman yang sekarang ditahan di Mako Brimob. Pelaku pengeboman yang merupakan satu keluarga ini terkait dengan sel JAD yang ada di Surabaya, bahkan Dita tercatat adalah ketua dari kelompok tersebut.
"Kemudian aksi ini kita duga motifnya, pertama adalah di tingkat internasional ISIS ini ditekan oleh kekuatan-kekuatan, baik dari Barat, Amerika dan lain-lain," katanya.
Jadi dalam keadaan terpojok, memerintahkan semua jaringannya di luar, termasuk yang sudah kembali ke Indonesia untuk melakukan serangan. "Termasuk di London, juga ada peristiwa, terorisme dengan menggunakan pisau di sana," katanya.
Tito menambahkan di Indonesia, ada dua macam kelompok terkait ISIS yang menjadi ancaman, yakni JAT dan JAD yang sel-selnya ada di beberapa tempat, serta mereka yang kembali berangkat ke Suriah dan kembali ke Indonesia atau tertangkap di otoritas di Turki atau Yordania dan kembali ke indoensia.
Menurut dia, jumlah yang sudah berangkat ke Suriah tercatat lebih dari 1.100 orang dengan 500 di antaranya masih di Suriah, 103 meninggal dunia di Suriah, dan sisanya dideportasi kembali ke Indonesia.
"Itu jadi tantangan kita karena 'mindset' mereka ideologinya ISIS," katanya.
Pemimpin JAD
Menurut CNN, Indonesia telah mengadili pemimpin JAD, Aman Abdurrahman, atas dugaan keterlibatannya dalam beberapa pemboman, termasuk serangan Januari 2016 di mana empat orang tewas dan 25 orang terluka oleh seorang pembom bunuh diri dan pria bersenjata di Jakarta Pusat.
Aman dijadwalkan untuk hadir pada sidang pengadilan pekan lalu, tetapi ditunda setelah kerusuhan mematikan pecah di penjara tempat Aman ditahan di Depok, Jawa Barat.
Selama negosiasi dengan polisi, narapidana menuntut untuk bertemu dengan Aman, sebuah permintaan yang diberikan polisi kemudian, kata laporan itu.
Kerusuhan, yang dimulai pada Selasa, akhirnya diturunkan setelah pasukan polisi menyerbu fasilitas itu Kamis. Lima petugas polisi dan satu narapidana terbunuh selama periode hampir 40 jam kerusuhan.
Tautan Suriah
Serangan 2016 di Jakarta, yang juga diklaim oleh ISIS, dianggap didalangi dan didukung secara finansial oleh milisi ISIS Indonesia yang berbasis di Suriah, Bahrun Naim. Naim ditangkap oleh pihak berwenang Indonesia pada 2010 karena memiliki amunisi ilegal dan dijatuhi hukuman setidaknya dua setengah tahun penjara.
Dia kemudian pergi ke Suriah, di mana dia dikabarkan telah dibunuh tahun lalu.
Hingga 700 orang Indonesia telah melakukan perjalanan ke Suriah dalam beberapa tahun terakhir untuk bertarung dengan pasukan anti-rezim, dengan mayoritas bersekutu dengan ISIS, menurut Pemerintah Indonesia.
Pejuang Indonesia juga muncul dalam propaganda ISIS.
Indonesia telah lama berjuang dengan kelompok-kelompok teroris domestik, khususnya Jemaah Islamiyah, yang mengaku bertanggung jawab atas 11 serangan antara tahun 2000 dan 2010, termasuk pemboman mematikan di Bali pada 2002, yang menewaskan lebih dari 200 orang dan ratusan terluka, banyak dari mereka adalah turis.
Kemampuan Jemaah Islamiyah telah terus terkikis oleh upaya kontra-terorisme bersama sejak 2009.
Indonesia telah banyak berinvestasi dalam anti-terorisme, mendirikan unit pasukan khusus elit Detasemen 88, yang telah menerima dukungan dan pelatihan dari AS dan Australia, dan telah dikreditkan dengan sangat mengurangi jumlah serangan.
Namun, dalam laporan tentang ISIS yang diterbitkan awal tahun ini, Dewan Keamanan PBB mengatakan kekalahan kelompok itu di Irak dan Suriah dapat mengintensifkan ancaman ke Asia Tenggara.
Laporan itu menyebut JAD dan Jamaah Ansarul Khilafah sebagai kelompok-kelompok kunci yang terkait ISIS di Indonesia, dengan mengatakan yang pertama bertanggung jawab atas lebih banyak serangan, tetapi yang disebut belakangan adalah "ancaman yang terus tumbuh."