Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bola Panas #2019GantiPresiden

Pemilihan presiden (pilpres) masih tahun depan. Namun suasananya sudah panas, seperti suhu udara akhir-akhir ini yang kerap panas.
Petugas menghalau warga yang menggunakan atribut bernuansa politik memasuki arena Car Free Day arena tidak sesuai dengan Pergub No.12 tentang larangan melakukan kegiatan politik diacara dan tempat berlangsungnya Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car Free Day (CFD) di Jakarta, Minggu (6/5)./Antara
Petugas menghalau warga yang menggunakan atribut bernuansa politik memasuki arena Car Free Day arena tidak sesuai dengan Pergub No.12 tentang larangan melakukan kegiatan politik diacara dan tempat berlangsungnya Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car Free Day (CFD) di Jakarta, Minggu (6/5)./Antara

Pemilihan presiden (pilpres) masih tahun depan. Namun suasananya sudah panas, seperti suhu udara akhir-akhir ini yang kerap panas.

Berawal dari media sosial (medsos), kelompok penolak Presiden Joko Widodo (Jokowi) memviralkan tagar #2019GantiPresiden.

Tagar tersebut cukup populer. Warganet pun beramai-ramai mempelesetkan tagar tersebut, misalnya #2019GantiKoteka ketika Jokowi berkunjung ke Papua, dan banyak lagi tagar lain yang diawali dengan #2019.

Mereka yang bergerak di industri kreatif, seperti garmen, melihat hal ini sebagai peluang bisnis, maka muncul kaus, gelang, juga mug bertuliskan #2019GantiPresiden. Kaus ini umumnya dijual secara online dan sedang tren.

Di zaman ‘now’, media sosial memang menjadi media mujarab untuk mempopulerkan sesuatu, dan menggiring opini.

Pasalnya, saat ini telepon pintar bukanlah barang mewah, dan beragam operator menawarkan paket pulsa dan internet yang menarik. Jadi, dengan mudah tagar #2019GantiPresiden menyebar ke penjuru Tanah Air.

Gerakan #2019GantiPresiden boleh jadi pertimbangan bagi mereka yang belum menetapkan pilihan pada Pilpres 2019. Selain memanfaatkan media sosial yang murah dan berdaya dahsyat, kelompok penolak Jokowi juga memanfaatkan panggung car free day (CFD) pada Minggu (29/4) dan Minggu (6/5).

Sayang, pada 29 April, kelompok berkaus #2019GantiPresiden melakukan intimidasi kepada warga yang mengenakan pakaian putih bertuliskan #DiaSibukKerja di kawasan bundaran Hotel Indonesia.

Kedua massa ini berkumpul saat acara CFD yang berada di Jalan Sudirman—MH.Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (29/4).

Paling mendapat sorotan adalah aksi pria-pria itu terhadap seorang ibu yang berjalan bersama anak laki-lakinya. Meski wanita dan anaknya itu mendapat pengawalan dari sejumlah pria yang mengenakan kaos #2019GantiPresiden, tapi banyak dari mereka yang meneriakinya. Bahkan aksi intimidasi itu sampai membuat sang anak yang bernama Zaky menangis.

Seorang dari korban intimidasi, Stedi Repki Watung, 37, melaporkan kejadian itu ke Polda Metro Jaya untuk diproses secara hukum.

‘Perang’ antarkelompok, intimidasi dan perkusi pada 29 April tak membuat pendukung #2019GantiPresiden berhenti beraksi di sekitar arena CFD. Pada 6 Mei 2018, kelompok ini kembali menggelar aksi deklarasi #2019GantiPresiden.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera hadir di sana. Dia mengkritik Jokowi yang dinilai sibuk dengan sepeda motor Chopper-nya saat acara deklarasi gerakan #2019GantiPresiden di depan pintu barat daya Monas.

Inisiator gerakan #2019GantiPresiden cukup cerdas memainkan irama politik menjelang Pilpres 2019. Gerakan #2019GantiPresiden memberi daya kejut yang kuat sehingga memberi kesan dan pesan yang kuat kepada masyarakat.

Daya kejut itu yang memberi sinyal kuat kepada kelompok massa yang kurang menyukai kinerja pemimpin negara sekarang

Saat ini, ada dua nama yang disebut sebagai capres, Jokowi dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Keduanya memang sudah pernah bertarung di Pilpres 2014, dan dimenangkan Jokowi.

Kini, Prabowo pun digadang-gadang Gerindra untuk kembali menantang Jokowi. Sangat disayangkan, gerakan #2019GantiPresiden telah membuat suasana panas di arena CFD walau belum ada capres/cawapres yang defenitif, karena KPU membuka masa pencaftaran capres pada 4-10 Agustus 2018.

#2019GantiPresiden telah membuat warga terbelah dua. Coba, kalau tagar itu diubah jadi #209PilihPresiden, boleh jadi CFD bebas dari intimidasi terhadap warga.

CFD yang muncul di era pemerintahan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI, Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), kini berubah fungsi menjadi ‘perang’ antar-kelompok. Padahal, semasa Ahok, kegiatan seperti ini tegas dilarang. Bahkan, pernah ada kelompok massa pendukung Ahok melakukan aksi di CFD ‘diomeli’ Ahok.

Ketegasan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sangat diperlukan untuk mencegah kegiatan bernuansa politis di arena CFD. CFD bertujuan mengajak warga Jakarta memiliki pola hidup sehat, mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya, serta memperbaiki lingkungan udara di perkotaan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper