Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HUBUNGAN AS & KOREA: Korea Utara Tampik Anggapan Sanksi AS Jadi Alasan Denuklirisasi

Korea Utara menolak mentah-mentah anggapan bahwa kesediaannya untuk melucuti persenjataan nuklir dari semenanjung Korea karena takut berhadapan dengan sanksi Amerika Serikat (AS).
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un memberi panduan program senjata nuklir dalam foto tak bertanggal yang  dirilis Kantor Berita Pusat Korea Utara Korea Utara./Reuters
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un memberi panduan program senjata nuklir dalam foto tak bertanggal yang dirilis Kantor Berita Pusat Korea Utara Korea Utara./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Korea Utara menolak mentah-mentah anggapan bahwa kesediaannya untuk melucuti persenjataan nuklir dari semenanjung Korea karena takut berhadapan dengan sanksi Amerika Serikat (AS).

Kantor berita Korut KCNA pada Minggu (6/5/2018) mengabarkan bahwa AS telah menyesatkan publik dengan menyebutkan sanksi AS sebagai alasan di balik rencana penghentian persenjataan nuklir.

Tindakan ini dinilai sebagai upaya meningkatkan ketegangan menjelang tatap muka bersejarah antara para pemimpin AS dan Korut.

“Amerika tidak membantu jika terus melihat langkah Korea Utara sebagai tanda kelemahan, sementara tetap menekan dan melancarkan ancaman militer,” menurut KCNA, seperti dikutip Bloomberg, Senin (7/5/2018).

Peringatan ini menjadi pengingat bahwa Korut akan berupaya memproyeksikan citra kekuatan untuk khalayak domestik dan luar negeri, bahkan saat negara terisolasi itu menyatakan bersedia berjalan seiringan dengan AS dan Korea Selatan.

Pada Jumat (4/5/2018), Presiden AS Donald Trump mengungkapkan telah menetapkan tanggal dan tempat pertemuannya dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Meskipun rincian resmi terkait hal ini belum dirilis, surat kabar Korea Selatan telah melaporkan bahwa kemungkinan besar pertemuan itu akan dilangsungkan pada pekan ketiga Juni di Singapura.

Dalam laporan terpisah oleh KCNA, Korea Utara memberikan kredit kepada Kim Jong Un untuk terobosan diplomatiknya. Keberanian, patriotisme, dan kepemimpinannya dinilai berkontribusi untuk membangun perundingan perdamaian.

“Korea Utara juga memperingatkan bahwa klaim AS untuk mendesak perubahan di negara itu adalah provokasi disengaja yang akan mematahkan semangat dalam atmosfer dialog saat ini sekaligus membalikkan situasi ke titik awal,” kata KCNA.

Mengendurnya ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan mencapai puncak ketika Kim Jong Un melintasi garis demarkasi yang memisahkan negara-negara untuk bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae In pada 27 April.

Dalam sebuah pernyataan hari itu, keduanya menyatakan akan berupaya untuk secara resmi mengakhiri perang antara dua Korea serta melakukan denuklirisasi menyeluruh dari Semenanjung Korea.

Sementara itu, Trump dijadwalkan akan bertemu Presiden Korsel Moon Jae In di Washington pada 22 Mei, sebelum mengadakan pertemuan pertamanya dengan Kim Jong Un.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro